kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ramai-ramai industri farmasi mulai melirik sektor kosmetik


Kamis, 25 Juni 2020 / 18:29 WIB
Ramai-ramai industri farmasi mulai melirik sektor kosmetik
ILUSTRASI. Konsumen mencoba produk-produk kecantikan di salah satu pusat perbelanjaan di Tangerang Selatan. KONTAN/Baihaki


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kosmetik kian ramai dengan mulai merambahnya industri farmasi pada segmen produk kecantikan. Seperti PT Phapros Tbk (PEHA) yang akan segera meluncurkan produk biologi untuk anti aging berbahan dasar sekret metabolit stem-cell.

Manajemen mengatakan pengembangan produk tersebut merupakan hasil hilirisasi riset dengan Universitas Airlangga, Surabaya. Dana riset tersebut berasal dari Kemenristek Dikti sebesar Rp 20,2 miliar dan digunakan oleh pihak universitas.

Baca Juga: Diversifikasi produk, Phapros (PEHA) siap produksi anti-aging stem cell

Diharapkan semester dua tahun ini, produk yang dikembangkan tersebut sudah siap diproduksi. Zahmilia Akbar, Corporate Secretary PEHA mengatakan segmen yang dibidik produk tersebut ialah ahli kecantikan dan dokter kulit, dengan menyasar konsumen wanita usia 40 tahun ke atas.

Soal motivasi perusahaan masuk ke sektor kosmetik, manajemen belum dapat menjabarkan lebih lanjut. Adapun pengembangan produk ini juga masih tahap awal sehingga belum ada target yang dipatok.

Apakah ada kemungkinan mengembangkan produk kosmetik lainnya di masa depan?. "Kami masih akan melihat produk perdana kami dulu dan di evaluasi, baru kami dapat memutuskan apakah akan ada produk di segmen yg sama dalam beberapa tahun kemudian," jawab Zahmilia kepada Kontan.co.id, Kamis (25/6).

Sebelumnya, PT Indofarma Tbk (INAF) juga sempat dikabarkan akan menggodok rencana pembangunan pabrik kosmetik di Indonesia. Pembangunan lini produksi kosmetik sempat direncanakan akan didahului dengan pembentukan joint venture (JV) bersama perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) bernama Skin&Skin;.

Baca Juga: Memoles Laba Cantik dari Makloon Kosmetik

Namun, Herry Triyatno, Direktur Keuangan INAF mengatakan bahwa rencana pengembangan tersebut tidak dilanjutkan. "Memang sempat ada rencana pengembangan kosmetik di tahun 2018. Tapi setelah terbentuk Holding, kosmetik tidak ada lagi dalam masterplan Indofarma," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (25/6).

Salah satu anggota Holding BUMN farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) diketahui telah cukup lama memiliki segmen bisnis kosmetik dengan merek dagang Marck's. Bahkan perusahaan plat merah itu telah mengekspor 29 jenis produk kosmetiknya.

Mayoritas produk kosmetik yang diekspor adalah bedak, baik yang berbentuk tabur maupun padat dengan merek dagang Marcks’ Venus. Di samping itu, ada juga sabun pencuci wajah (facial wash) dan lotion untuk tangan dan tubuh (hand and body lotion). 

Sementara itu pemain lama di sektor kosmetik, PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) melihat kompetisi di pasar ini cenderung ketat dan beragam pemain. "Kosmetik di Indonesia memang pasarnya cukup besar jadi pasti ada saja pendatang baru setiap tahunnya," ujar Alia Dewi, Corporate Secretary TCID kepada Kontan.co.id, Kamis (25/6).

Baca Juga: Mandom Indonesia (TCID) Berharap Permintaan Kembali Pulih

Produsen yang memiliki banyak merek dagang ini mengaku tengah menggodok strategi untuk bersiang di pasar, khususnya menghadapi kondisi new normal kali ini. Perseroan cenderung berhati-hati lantaran pasar masih belum terlihat pulih dalam waktu dekat.

Relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang akan diberlakukan diharapkan dapat menumbuhkan konsumsi di tengah masyarakat. Khususnya untuk produk personal care dan kosmetik yang sejak pandemi covid-19 diumumkan pada bulan Maret kemarin mengalami pelemahan permintaan.

"Recovery mungkin perlahan karena konsumen juga pasti hati-hati untuk menggunakan uangnya," ujar Alia. Sebagaimana yang diketahui, di kuartal-I 2020 ini penjualan bersih perusahaan anjlok 21,72% year on year (yoy) menjadi Rp 565,79 miliar.

Alia mengatakan, penurunan penjualan bersih di tiga bulan pertama disebabkan oleh adanya pergeseran dalam konsumsi di tengah masyarakat. Menurut manajemen, kondisi perekonomian yang serba sulit akibat pandemi corona (covid-19) membuat konsumen cenderung memprioritaskan alokasi pengeluarannya untuk membeli kebutuhan pokok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×