Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) menargetkan produksi batubara sebanyak 500.000 ton batubara pada tahun 2019. Hingga semester pertama tahun ini, realisasi produksi BOSS sekitar 180.000 metrik ton, atau meningkat 56% dibanding periode yang sama tahun 2018 yang sebesar sekitar 115.000 mt.
Guna mencapai target itu, saat ini BOSS tengah memacu produksi batubara minimal 70.000 ton hingga 80.000 ton per bulan.
Baca Juga: Ini penyebab laba bersih BOSS turun 22,7% di semester I-2019
“Ini bisa dicapai karena prasarana dan infrastruktur seperti armada alat berat dan infrastruktur pendukung produksi sudah bisa beroperasi secara efisien,” ungkap Direktur Keuangan BOSS Widodo Nurly Sumady pada Kontan, Kamis (1/8).
Adapun penjualan batubara mereka ke beberapa negara seperti Korea, Taiwan, dan Jepang. Selain itu, melalui anak usaha PT Pratama Bersama (PB) juga telah menandatangani kontrak penjualan dengan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) untuk pembelian batubara kalori tinggi di tahun ini.
“Jadi untuk penjualan dan produksi batubara di 2019 kami masih berharap sesuai dengan rencana,” imbuhnya.
Baca Juga: Kejar target produksi 75.000 ton per bulan, BOSS kembangkan anak usaha
Sebagai salah Strategi perusahaan di tengah menurunnya harga batubara, BOSS memiliki beberapa strategi yaitu dengan menurunkan biaya produksi mulai bulan Juli 2019.
Tak hanya itu, BOSS juga memiliki kombinasi antara kontrak pasokan batubara jangka panjang dengan harga yang dinegosiasikan secara berkala maupun kontrak pasokan batubara jangka pendek atau spot contract yang memungkinkannya untuk mendapatkan kepastian volume penjualan dan harga yang bagus.
“Harga jual batubara BOSS mengikuti harga newcastle indeks dimana harga batu bara Newcastle untuk nilai kalori 6.322 kcal/kg pada Juli 2019 berkisar pada level US$ 75-80 per metrik ton,” jelasnya.
Baca Juga: Para emiten batubara mendulang untung dari produksi batubara kokas
Sampai Juni 2019, mereka sudah menyerap belanja modal sekitar Rp 175 miliar, yang mana sebagian besar mereka gunakan untuk membeli alat berat guna menunjang produksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News