CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

ReforMiner: Industri Migas Tetap Jadi Pilar Utama Ketahanan Energi hingga 2050


Selasa, 12 November 2024 / 22:24 WIB
ReforMiner: Industri Migas Tetap Jadi Pilar Utama Ketahanan Energi hingga 2050
ILUSTRASI. Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Yudho Winarto

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung perkembangan industri migas, antara lain melalui insentif fiskal, penyederhanaan perizinan, dan perlindungan investasi. Kolaborasi dengan pihak swasta dalam proyek-proyek strategis migas juga diperkuat.

"Langkah ini diharapkan mempercepat produksi dan optimalisasi cadangan migas nasional," tambah Komaidi.

Baca Juga: Tekan Impor Migas, Kementerian ESDM Dorong Pengembangan Bahan Bakar Nabati

Cadangan minyak Indonesia saat ini tercatat sekitar 4,7 miliar barel, sementara cadangan gas bumi mencapai 55,76 triliun kaki kubik.

Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi melalui eksplorasi baru dan pengembangan lapangan migas yang sudah ada.

Sejak 2018, tingkat pemulihan cadangan minyak dan gas (Reserve Replacement Ratio/RRR) berhasil dipertahankan di atas 100%, menandakan bahwa potensi migas nasional masih bisa dioptimalkan.

Beberapa proyek strategis seperti Abadi Masela dan Indonesia Deepwater Development (IDD) mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Investasi proyek Abadi Masela diperkirakan mencapai US$20,9 miliar dan memiliki komponen ramah lingkungan melalui teknologi CCS.

"Dukungan pada proyek strategis ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam pengembangan sektor migas dan peningkatan cadangan energi nasional," katanya.

Komaidi juga menyoroti tantangan biaya eksplorasi dan produksi yang tinggi, serta kurangnya infrastruktur dan teknologi di beberapa wilayah.

Baca Juga: Defisit APBN Makin Melebar, Ekonom Ungkap Penyebanya

Untuk itu, dibutuhkan kerjasama dengan investor asing serta pengembangan teknologi lokal yang mumpuni.

"Sektor migas memerlukan regulasi yang mendukung agar produksi dapat ditingkatkan secara berkelanjutan," jelasnya.

Meski penggunaan energi terbarukan meningkat, Komaidi optimistis bahwa industri migas masih memiliki masa depan cerah.

Dengan inovasi dan adaptasi terhadap perubahan pasar serta regulasi global, sektor ini akan terus berkontribusi pada ketahanan energi dan perekonomian Indonesia.

Selanjutnya: Motor Tetap Sehat di Hari Pahlawan, Ada Diskon 15% dari AHASS Jakarta - Tangerang

Menarik Dibaca: Muncul Selulit dan 3 Tanda Utama Wajah Kekurangan Kolagen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×