Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), Moshe Rizal, mengatakan bahwa rencana pengembangan hilirisasi gas cukup menarik. Sebab, potensi gas di RI cukup besar dan lebih mudah ditingkatkan produksinya.
Kendati demikian, hilirisasi gas dihadapkan pada tantangan harga pasokan dari lapangan gas yang bisa mencapai US$ 7 per MMCF lantaran biaya produksi yang besar. Harga tersebut, menurut Moshe, melampaui harga ideal untuk misalnya proyek kilang LPG berkapasitas 50 metrik ton per hari, yaitu sebesar US$ 5 per MMCF.
Sementara itu, pengembangan kilang dalam hilirisasi minyak dihadapkan pada tantangan internal rate of return (IRR) yang rendah, yaitu bisa berkisar 9%. Padahal, biaya pengembangannya tinggi, yakni berkisar miliaran dolar Amerika Serikat (AS).
“Untuk sebuah proyek dikatakan menarik kalau IRR di atas 14% biasanya,” ujar Moshe saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (21/9).
Menurut Moshe, pemerintah bisa mengatasi persoalan tingginya harga gas dari hulu dengan membangun infrastruktur gas. Sebab, biaya distribusi memiliki peranan yang besar dalam membentuk harga gas dari hulu.
Sementara itu, persoalan IRR pengembangan kilang minyak bisa diatasi dengan menjamin kepastian offtake, misalnya oleh Pertamina.
Nah, si (pengembang) kilang swasta dengan adanya kepastian offtake dari Pertamina akan bisa meyakinkan investor untuk (membenamkan investasi),” terang Moshe.
“Menggabungkan kilang dan (produksi) petrokimia juga bisa membuat IRR lebih baik,” imbuh Moshe.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News