Reporter: Vina Elvira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Riset terbaru oracle, bernama The No Planet B, menemukan bahwa orang-orang sudah kecewa dengan kurangnya kemajuan yang dibuat masyarakat menuju keberlanjutan dan inisiatif sosial. Mereka percaya bahwa teknologi dapat membantu organisasi sukses, di mana manusia telah gagal.
Oracle bersama Pamela Rucker, Penasihat CIO dan Instruktur untuk Pengembangan Profesional Harvard, melakukan survei terhadap lebih dari 11.000 konsumen dan pemimpin bisnis di 15 negara pada 25 Februari – 14 Maret 2022.
Secara lebih rinci, 11.005 responden global berasal dari 15 negara (Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, China, India, Australia, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Brasil, dan Meksiko).
Baca Juga: Gandeng Traveloka, Bank Jago Salurkan Kredit melalui Traveloka PayLater
Survei tersebut mengeksplorasi sikap dan perilaku konsumen dan pemimpin bisnis terhadap upaya keberlanjutan dan sosial bersama dengan peran dan harapan kecerdasan buatan (AI) dan robot dalam upaya lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST).
Hasil survei menyebutkan, orang-orang dari Asia-Pasifik (APAC) ingin agar bisnis meningkatkan upaya keberlanjutan dan sosial.
Perkembangan dua tahun terakhir telah menyoroti keberlanjutan dan upaya sosial, di mana banyak orang di seluruh dunia yang merasa kecewa dengan kurangnya kemajuan dan menyerukan agar perusahaan meningkatkan kedua upaya tersebut.
Di bawah ini adalah beberapa temuan utama dari wilayah JAPAC (Jepang-Asia Pasifik): 95% orang percaya faktor keberlanjutan dan sosial lebih penting dari sebelumnya, dan 81% mengatakan peristiwa selama dua tahun terakhir telah menyebabkan mereka mengubah tindakan mereka.
Kemudian, 94% responden percaya bahwa masyarakat belum membuat kemajuan yang cukup terhadap inisiatif sosial, 40% mengaitkan kurangnya kemajuan dengan orang yang terlalu sibuk dengan prioritas lain.
Di mana, 43% percaya itu adalah hasil dari penekanan pada keuntungan jangka pendek daripada manfaat jangka panjang, dan 37% percaya orang terlalu malas atau egois untuk membantu menyelamatkan bumi ini.
Adapun, 50% responden percaya bahwa bisnis dapat membuat perubahan yang lebih berarti pada faktor keberlanjutan dan sosial daripada individu atau pemerintah.
75% responden frustrasi dan tidak puas dengan kurangnya kemajuan bisnis dalam mendorong insiatif berkelanjutan dan sosial hingga saat ini, dan 91% percaya bahwa tidak cukup bagi bisnis untuk mengatakan bahwa mereka memprioritaskan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST), tetapi mereka perlu melihat tindakan dan bukti nyata.
Sementara itu, 89% percaya bisnis akan membuat lebih banyak kemajuan menuju keberlanjutan dan tujuan sosial dengan bantuan AI, dan 66% bahkan percaya bahwa teknologi seperti robot akan berhasil ketika manusia gagal.
"Peristiwa dua tahun terakhir telah menyoroti tindakan keberlanjutan dan inisiatif sosial dan orang-orang menuntut perubahan yang nyata. Meskipun ada tantangan untuk mengatasi masalah ini, perusahaan memiliki peluang besar untuk mengubah dunia menjadi lebih baik," kata Pamela, dalam keterangan resminya, Jumat (22/4).
Dia melanjutkan, hasil survei menunjukkan bahwa orang cenderung melakukan bisnis dengan dan bekerja untuk organisasi yang bertindak secara bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
Baca Juga: LPEI Boyong Produk UMKM Lilin Hias Aroma Terapi Tembus Pasar Singapura
"Ini adalah momen yang tepat. Sementara pemikiran telah berevolusi, teknologi juga berkembang, dan itu dapat memainkan peran kunci dalam mengatasi banyak kendala yang menghambat kemajuan," lanjut dia.
Sementara itu, Senior Vice President and CMO, Global Marketing SaaS Oracle Juergen Lindner menuturkan bahwa sangat penting bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam inisiatif keberlanjutan dan LST, karena orang tidak hanya ingin mendengarnya akan tetapi mereka mencari tindakan nyata dan menuntut lebih banyak transparansi dan hasil nyata.
"Teknologi yang dapat menghilangkan semua hambatan terhadap upaya LST kini telah tersedia, dan organisasi yang menerapkan hal ini tidak hanya dapat mendukung komunitas dan lingkungan mereka, tetapi juga menyadari perolehan pendapatan yang signifikan, penghematan biaya, dan manfaat lain yang berdampak pada laba," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News