kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Riuh euforia kendaraan listrik, akankah industri hulu migas padam…


Sabtu, 24 Agustus 2019 / 13:49 WIB
Riuh euforia kendaraan listrik, akankah industri hulu migas padam…
ILUSTRASI. Kepala SKK Migas Dwi Seotjipto


Reporter: Azis Husaini, Filemon Agung | Editor: Azis Husaini

KONTAN: Eksplorasi migas saat ini bagaimana?

DWI SEOTJIPTO: Tahun ini ada dana eksplorasi sekitar US$ 200 juta. Akan ada tambahan lagi sampai US$ 2,4 miliar untuk eksplorasi. Selain itu, kami akan melakukan speed up resources produksi. Sumur tua itu kadang-kadang Pertamina EP bilang sudah marginal, kalau sudah tidak diurus yang kecil, kita coba Kerja Sama Operasi (KSO)-kan, reaktivasi, lapangan idle harus dioptimalisasi.

Ada reseource di sana tetapi kecil, kita diskusi fleksibel split. Kita tidak kaku. Sekarang mindest kita harus diskusi lagi, supaya (lapangan) jadi ekonomis gimana? untuk menjadi ekonomis apa yang Anda butuhkan? kita jadi lebih open melayani. SKK Migas bukan penguasa, tetapi pelayan.

KONTAN: Ini seperti di Blok Masela, proyek bisa jalan setelah 20 tahun mangkrak, pas Anda jadi Kepala SKK Migas?

DWI SEOTJIPTO: Mungkin nasib baik. Proyek Masela itu project besar US$ 19,8 miliar dengan split 50% pemerintah dan 50% lagi Inpex dan Shell. Tapi nanti kalau project cost-nya berkurang menjadi US$ 18,5 miliar maka split pemerintah bertambah menjadi 59%. Kami ada justment mekanisme sehingga bisa berubah split-nya meski sudah diteken plan of development-nya.

KONTAN: Jadi investor melihat Indonesia sudah friendly sejak proyek Blok Masela jalan?

DWI SEOTJIPTO: Betul. Ini kan akhirnya mematahkan anggapan bahwa investasi di laut dalam mahal dan sulit, buktinya ada Blok Masela. Lalu, di Kawasaan Timur susah, lagi-lagi buktinya Blok Masela bisa jalan di Onshore LNG. Masela punya investasi besar sepanjang sejarah Indonesia. Jadi mereka tidak ragu lagi untuk ke Indonesia karena protyek Masela jalan.

KONTAN: Bapak masih roadshow ke investor? Apa yang mereka minta?

DWI SEOTJIPTO: Hampir yang saya temui (investor) meminta kondisi politik stabil, keamanan terjamin, regulasi tidak mudah berubah, kecepatan mengurus perizinan cepat. Semua ini kan arahan bapak presiden.

KONTAN: Perizinan yang cepat sudah benar terjadi?

DWI SEOTJIPTO: Kalau di Kementerian ESDM kan sudah mulai Online Single Submission (OSS). Sekarang standarnya dipersempit, yang program kerja itu ada izinnya misalnya mau ngebor itu di SKK Migas, kami memangkas juga. Kalau sampai ada laporan pending di SKK Migas sekian hari, itu peringatan yang ada di sana. Tugasnya melayani, masuk investasi lalu segera mungkin rilis.

KONTAN: Manajemen risikonya bagaimana?

DWI SEOTJIPTO: Kalau manajemen risiko tetap dilakukan tidak boleh berkurang, savety tidak boleh berkurang, on off, harus sesuai standar. kalau sudah on dipercepat sesuai standar dan kualitas. savety harus nomor 1.

KONTAN: Bagaimana soal savety Blok ONWJ di sumur YYA-1 yang bocor, katanya karena efisiensi lantaran ada gross split?

DWI SEOTJIPTO: Jadi sesungguhnya, mau metode mana yang dipakai PSC pasti yang nomor satu itu adalah savety. Laporan performance health, safety, and, environmental (HSE). Implementasi gross split dan cost recovery tidak boleh berkurang. kebutuhan akan savety harus diadakan. Jadi efisiensi apapun tidak boleh mengurangi savety, kalau dalam implementasinya dikendorkan karena oriantasi efisiensi, itu namanya human erorr. Sebab, jika awalnya kita sudah mendesain savety kemudian mengurangi kualitas savety risk managemen maka itu kesalahan besar. Kita mesti membuat kemungkinan-kemungkinan sampai plan yang terjelek jika melakukan pemboran itu harus dikalkulasikan.

Contohnya Deepwater Horizon, disana kan debat cost off project dan savety, saat itu kan savety dikalahkan sehingga akhirnya kejadian Deepwater Horizon meledak di lepas pantai. Oleh karena itu tidak boleh adanya efisiensi yang mengorbankan savety. SKK Migas kedepan, tentu harus kontrol yang ketat work planning, meskipun gross split. Kasus ONWJ memberikan pelajaran bagi semua, Pertamina, SKK Migas dan kontraktor lain. Kalau kebijakan gross split tidak boleh loh, aspek savety diabaikan.

Absolutnya savety. Oh ya soal anggapan gross split itu jelek, ada contoh lain yang bagus, misalmnya di project Merakes itu kan so far bagus, di Kalimantan Timur punya ENI, dia pakai gross split terjadi di sana tepat waktu untuk onstream. Jadi saya mau bilang ada contoh yang baik dari penerapan gross split. Kami evaluasi, jangan sampai mengorbakan savety.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×