Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) menargetkan angka penjualan sebesar Rp 6,3 triliun hingga akhir tahun. Angka ini meningkat sekitar 25% dari penjualan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 5,06 triliun.
Target penjualan tersebut direncanakan akan didapatkan dari sektor agro, baik industri gula maupun industri perkebunan lainnya. RNI menargetkan, penjualan dari sektor agro akan meningkat 23% dari 1,78 triliun pada 2016 menjadi Rp 2,2 triliun pada akhir tahun. Sementara dari sektor non agro industri akan meningkat 26% dari tahun sebelumnya yakni Rp 3,28 triliun menjadi Rp 4,1 triliun.
Direktur Pengendalian Usaha dan Manajemen Risiko PT RNI, Elka Wahyudi mengungkap, penjualan agro industri saat ini sudah mencapai Rp 1,7 triliun dimana penjualan gula sudah mencapai Rp 1,3 triliun. Hingga akhir tahun direncanakan penjualan gula akan mencapai Rp 1,5 triliun. Elka optimistis, RNI akan mampu mencapai penjualan yang sudah ditargetkan.
"Kalau penjualan gula kira-kira tumbuh 15% dari tahun sebelumnya. Penjualan bisa bagus karena tahun ini memang ada kenaikan harga yang tadinya Rp 9.300 per kg, menjadi Rp 9.700 per kg. Kami juga optimis, angka penjualan yang kami targetkan bisa tercapai," ungkap Elka kepada KONTAN, Rabu (18/10).
Menurut Elka, hingga saat ini produksi produk agro industri RNI cukup baik meski terdapat beberapa faktor yang menghambat produksi. Namun, dia bilang, target yang telah ditetapkan di awal tahun masih bisa tercapai.
Hingga akhir tahun RNI menargetkan akan memproduksi gula sebanyak 331.000 ton, saat ini RNI sudah berhasil memproduksi 275.000 ton. RNI pun menargetkan akan menghasilkan 75.000 ton minyak sawit, dimana sampai kuartal III sudah tercatat produksi minyak sawit sebanyak 50.000 ton.
Sementara, untuk produk teh terdapat sedikit penurunan karena adanya pemangkasan pucuk teh. Saat ini produksi teh sekitar 3.000 ton, dan sampai akhir tahun ditargetkan akan mencapai 5.000 ton.
"Kalau sawit masalahnya memang di fluktuasi harga. Kalau teh ada sedikit penurunan 5-6%. Hal itu karena ada pemangkasan pucuk teh untuk perbaikan produksi. Jadi, saat ini produksi turun karena ada pemangkasan tetapi ke depannya produksi teh akan kembali membaik," ungkap Elka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News