kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rp 19 triliun pendapatan ICT lari ke luar negeri


Senin, 21 April 2014 / 21:48 WIB
Rp 19 triliun pendapatan ICT lari ke luar negeri
ILUSTRASI. Selama ini ada emiten di BEI yang memiliki klasifikasi sebagai anggota papan utama. Tapi, kinerja keuangannya belum eligable. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Uang sebanyak Rp 19 triliun yang merupakan pendapatan dari bisnis Internet Communication and Technology (ICT) di Indonesia rupanya tak masuk ke kantong perusahaan di dalam negeri, melainkan lari ke luar negeri. Pemicunya disebabkan oleh trafik koneksi internet yang ada di Indonesia sebesar 90% mengakses situs global.

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama Telkomsel Alex J. Sinaga, Senin (21/4). Berdasar hasil riset Telkomsel, hal itulah yang menyebabkan kontribusi bisnis ICT ke pendapatan negara masih kecil. "Selama beberapa tahun belakangan, pertumbuhan bisnis ICT itu mencapai 150%, namun kontribusinya masih 3%," kata Alex.

Meski ada banyak hal yang membuat kontribusi bisnis ICT masih kecil, namun ada dua hal utama yang perlu disorot. Pertama, Indonesia yang memiliki 85% pertumbuhan kelas menengah dan 80% pertumbuhan ekonomi digital masih andalkan konten dan aplikasi dari luar negeri.

Dari 10 aplikasi favorit pengakses Indonesia, hanya satu yang berasal dari Indonesia, yaitu Kaskus. Sementara, yang lainnya adalah pemain Over The Top, yaitu Google, Twitter, Facebook dan lain-lain. "Kalau dihitung maka sebanyak Rp 19 triliun uang kita lari ke luar negeri," tegasnya.

Untuk itu, tantangan sekarang bagi operator lokal adalah bukan lagi berbisnis jaringan, tapi juga sudah siap berbisnis aplikasi dan konten juga devices (perangkat).

Nah, hal kedua yang perlu disorot adalah price war (perang harga). Kata Alex, Indonesia masuk dalam kategori negara paling murah internetnya. Hal ini bisa membuat para pebisnis harus memotong margin layanan datanya.

"Jadi, bagaimana bisa berinvestasi membuat jaringan lebih baik, kalau margin terus tertekan. Untuk itu, pemerintah perlu mengawasi agar skema bisnis bisa berjalan baik," papar Alex.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×