kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.375   30,00   0,18%
  • IDX 7.615   71,26   0,94%
  • KOMPAS100 1.060   12,24   1,17%
  • LQ45 803   8,71   1,10%
  • ISSI 254   2,19   0,87%
  • IDX30 416   4,77   1,16%
  • IDXHIDIV20 477   5,07   1,07%
  • IDX80 120   1,30   1,09%
  • IDXV30 123   1,76   1,45%
  • IDXQ30 132   1,14   0,87%

Rupiah Melemah, Menteri ESDM Ungkap Tantangan di Sektor Energi


Jumat, 20 Desember 2024 / 16:58 WIB
Rupiah Melemah, Menteri ESDM Ungkap Tantangan di Sektor Energi
ILUSTRASI. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia usai rapat kerja bersama DPR di Jakarta. Bahlil Lahadalia sebut melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memberikan tekanan besar pada sektor energi.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memberikan tekanan besar pada sektor energi, khususnya minyak dan gas bumi (migas) serta pertambangan.

Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah sore ini, Jumat (20/12) menguat 91 poin (0,56 persen) ke Rp 16.221,5 terhadap dolar AS.

Bahlil menjelaskan, sektor ESDM menjadi salah satu yang paling terdampak, terutama karena tingginya kebutuhan dolar untuk kegiatan impor. Salah satu entitas yang paling banyak membutuhkan devisa adalah PT Pertamina (Persero), yang harus mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dan gas minyak cair (liquified petroleum gas/LPG).

Baca Juga: Kementerian ESDM Siapkan Struktur Organisasi untuk Ditjen Gakkum

“Dalam setahun, devisa yang kita keluarkan mencapai Rp500 triliun hingga Rp550 triliun. Itu semua pasti membutuhkan dolar,” ujar Bahlil di Kantor BPH Migas, Kamis (19/12).

Menurut Bahlil, selain sektor migas, industri pertambangan juga ikut terdampak karena banyak peralatan pendukung, seperti suku cadang, yang harus diimpor dari luar negeri.

Meski begitu, Bahlil berharap situasi ini dapat dikelola dengan baik oleh para pelaku usaha.

“Tugas kita sekarang adalah bagaimana mengurangi impor, agar kebutuhan terhadap dolar tidak terlalu besar. Fluktuasi nilai tukar mata uang sejatinya mengikuti hukum permintaan dan penawaran,” jelasnya.

Baca Juga: Rupiah Tembus Rp 16.300 Lampaui APBN 2024, Airlangga: Kita Monitor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×