kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Terkoreksi, Industri Alat Berat Terganggu


Rabu, 17 April 2024 / 20:09 WIB
Rupiah Terkoreksi, Industri Alat Berat Terganggu
ILUSTRASI. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi memberi tekanan tambahan bagi para pebisnis alat berat nasional. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/22/01/2024


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi memberi tekanan tambahan bagi para pebisnis alat berat nasional.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah melemah 0,28% ke level Rp 16.220 per dolar AS pada Rabu (17/4).

Ketua Umum Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) Yushi Sandidarma menyampaikan, pelemahan rupiah sudah pasti berdampak pada harga jual alat berat secara signifikan. Koreksi rupiah juga berpotensi menggerus daya saing masing-masing merek alat berat yang mana ini bergantung pada kondisi bisnis tiap perusahaan.

Baca Juga: Penjualan Alat Berat United Tractors (UNTR) Turun hingga Februari 2024, Ini Sebabnya

"Pelemahan rupiah juga akan berdampak pada kenaikan cost karena sebagian besar komponen alat berat di Indonesia masih mengandalkan barang impor," imbuh dia, Rabu (17/4).

PAABI belum mendapat laporan secara menyeluruh terkait potensi penundaan pembelian alat berat dari para pelanggan sebagai akibat pelemahan kurs.

Walau demikian, Yushi yang juga merupakan Direktur PT Daya Kobelco Construction Marchinery Indonesia mengaku para pelanggan di perusahaannya belum ada yang menunda transaksi pembelian karena isu pelemahan rupiah. Kalaupun terjadi penundaan, itu lebih disebabkan oleh faktor kesiapan proyek atau kondisi finansial dari pihak pelanggan.

Yushi menambahkan, pelemahan rupiah menjadi tantangan tambahan bagi para pelaku usaha alat berat. Sebab, pasar alat berat nasional  masih dalam kondisi menantang seiring penurunan permintaan dari sektor pertambangan, meski di sisi lain permintaan dari sektor konstruksi meningkat lantaran gencarnya proyek infrastruktur dari pemerintah.

PAABI tidak membeberkan proyeksi kinerja penjualan alat berat nasional sepanjang 2024. "Untuk tahun ini pasar alat berat cenderung melemah bila dibandingkan tahun lalu," imbuh Yushi.

Merujuk berita sebelumnya, Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) memperkirakan produksi alat berat nasional mencapai 8.000 unit pada 2024. Angka ini tidak jauh beda dengan realisasi produksi alat berat nasional pada tahun lalu yakni 8.066 unit. Mayoritas produksi alat berat nasional pada tahun lalu berupa Hydraulic Excavator.

Sementara itu, Gabrielle Azelia Corporate Secretary PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) mengatakan, pelemahan rupiah menjadi perhatian serius bagi KOBX sebagai distributor alat berat mengingat beberapa transaksi dengan pihak prinsipal masih menggunakan mata uang dolar AS.

"Dampaknya akan sangat terasa apabila penguatan dolar AS menembus batas lindung nilai mata uang asing yang telah kami tetapkan sebelumnya," tukas Gabrielle, Rabu (17/4).

Di sisi lain, KOBX tidak dapat serta merta melakukan penyesuaian harga jual alat berat di tengah pelemahan rupiah, karena mereka harus memperhatikan beberapa faktor lain seperti kontrak penjualan, daya beli, hingga persaingan dengan kompetitor lain.

Baca Juga: Bisnis Komponen Terimbas Pasar Otomotif

"Apabila harga jual alat berat terpaksa dinaikkan, kami harus mempertimbangkan berbagai faktor secara seksama serta memperhatikan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan," ungkap dia.

Terkait isu penundaan pembelian alat berat, KOBX menilai bahwa hal tersebut tidak dapat disimpulkan hanya disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Pada dasarnya, jika pelanggan sudah memperoleh kontrak produksi dan harga jual yang masih di atas biaya minimum operasi, pastinya mereka akan berkomitmen dalam melakukan investasi alat berat, baik berupa pembelian maupun sewa.

Secara umum KOBX tetap optimistis dengan prospek bisnis alat berat pada 2024. Untuk mengantisipasi efek pelemahan rupiah, emiten ini berfokus pada penyediaan alat berat yang berkualitas, efisiensi operasional alat berat, hingga layanan purna jual dan mekanik perawatan yang andal.

Sekadar informasi, KOBX mengalami penurunan pendapatan bersih 21,91% year on year (YoY) menjadi Rp 1,96 triliun pada akhir 2023. Pada saat yang sama, perusahaan ini menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 84,76 miliar.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×