Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) menyetujui akan pelaksanakan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement dengan melepas sebanyak-banyaknya 6 miliar saham Seri B. Jumlah ini setara 55,62% dari seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh setelah private placement.
Manajemen AISA akan meminta persetujuan para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 30 September 2020. Berdasarkan keterbukaan informasi sebelumnya sudah ada dua pihak yang bakal menyerap saham private placement tersebut.
Pertama adalah PT Pangan Sejahtera Investama (PASTI) yang saat ini menggenggam kepemilikan saham AISA sebesar 32,77%. Pada 18 September 2020, PASTI menyatakan kesanggupannya untuk mengambil 3,72 miliar saham Seri B AISA.
Kedua adalah PT Asta Askara Sentosa (ASKARA) yang merupakan entitas anak PASTI dengan kepemilikan PASTI sebesar 99,4% dalam ASKARA. Pada 25 September 2020, ASKARA menyatakan kesanggupan untuk menyerap 800 juta saham Seri B. Sementara itu, AISA belum dapat menentukan pihak yang bakal mengambil 1,48 miliar saham sisanya.
"Kami sudah melakukan pembicaraan baik dengan investor lokal maupun asing, tapi memang belum ada yang final. Nanti akan dikabarkan," sebut Lim Aun Seng, Direktur Utama AISA kepada Kontan.co.id, Rabu (30/9). Ia menambahkan saat ini manajemen tengah fokus menormalkan kembali keuangan perseroan.
Baca Juga: Rugi bersih Tiga Pilar Sejahtera (AISA) susut jadi Rp 33,93 miliar di semester I-2020
Adapun harga pelaksanaan private placement ini adalah sebesar Rp 210 per saham meski penilaian harga wajar AISA berada di level Rp 173,58 per saham. Pasalnya, AISA tengah dalam kondisi perbaikan keuangan dan harga tersebut didapat berdasarkan kesepakatan para pihak. Alhasil, AISA akan mengantongi dana segar Rp 1,26 triliun dari aksi korporasi ini.
Dana hasil private placement ini rencananya akan digunakan untuk menurunkan rasio utang terhadap ekuitas AISA. Selain itu, dana tersebut bakal dimanfaatkan sebagai modal kerja untuk membiayai kegiatan operasional dan memenuhi kebutuhan modal kerja lainnya.
Secara rinci, sebesar Rp 650,86 miliar atau 52% akan digunakan untuk membayar utang obligasi, sukuk, dan utang bank JP Morgan. Kemudian, sebesar Rp 183,71 miliar atau 14% akan dimanfaatkan untuk membayar utang entitas anak yang dilakukan melalui penambahan penyertaan modal, pinjaman, atau cara lain yang diperkenankan sehingga dapat memenuhi kewajibannya kepada Citibank dan Standard Chartered.
Terakhir, sebesar Rp 425,43 miliar atau 34% akan digunakan sebagai modal kerja. Akan tetapi, modal kerja ini tidak terbatas pada keperluan bahan baku seperti tepung terigu, minyak goreng, gula, corn starch, beras, mesin produksi, dan keperluan lainnya terkait rencana AISA untuk melakukan peremajaan aset, mesin produksi, dan pembayaran utang.
"Kami juga terus upayakan meminimalisir cost yang ada," sebut Lim. Menurut catatan Kontan.co.id, perusahaan dalam PKPU memiliki Daftar Piutang Tetap (DPT) senilai Rp 2,25 triliun dengan rincian berasal dari 21 kreditur konkuren (tanpa jaminan) dengan tagihan Rp 807,17 miliar, 18 kreditur separatis (dengan jaminan) yang menagih Rp 1,44 triliun.
Serta dua kreditur preferen yang berasal dari tagihan pajak dan OJK dengan total tagihan senilai Rp 307 juta. Termasuk dari utang tersebut, sukuk Ijarah TPS Food II/2016 senilai Rp 450 miliar, obligasi TPS Food I/2013 senilai Rp 600 miliar, dan Sukuk Ijarah TPS Food I/2013 senilai Rp 300 miliar.
Selanjutnya: AISA bakal private placement, ini dua pembeli siaga dan rincian penggunaan dananya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News