Sumber: Tribunnews.com | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Jabatan Direktur Utama maskapai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) boleh saja berpindah tangan dari Rudy Setyopurnomo kepada Captain Asep Ekanugraha.
Namun hal itu, menurut pengamat penerbangan Dudi Sudibyo belum bisa menjamin akan sanggup membawa Merpati bangkit kembali dari belitan utang.
Dudi mengatakan, siapa pun yang mengendalikan Merpati tak akan bisa memperbaiki nasib maskapai yang pernah jaya di era tahun 70-an itu. Hal ini, apabila restrukturisasi secara menyeluruh tidak dilakukan pemegang saham.
“Restrukturisasi ini mulai dari manajemen, armada, rute penerbangan, hingga masalah-masalah utangnya,” kata Dudi, Rabu (31/7/2013) malam.
“Kalau itu tidak dilakukan, siapa pun akan kesulitan mengendalikan Merpati,” tambahnya.
Dudi menyarankan, pemerintah sebaiknya melepas saham Merpati sehingga sebagian besarnya dikelola swasta. Pemerintah, cukup dengan kepemilikan saham antara 15%-20%. Dengan demikian, pengelolaannya bisa menjadi lebih baik.
Tetapi sebelum melepas mayoritas sahamnya kepada swasta, pemerintah sebaiknya juga menghitung secara matang untuk menyelesaikan persoalan utang Merpati yang terus membengkak dan telah mencapai US$ 600 juta.
Selain itu, pemerintah sebaiknya juga memisahkan Merpati Maintenance Facility (MMF) di Surabaya menjadi perusahaan atau SBU (Strategic Business Unit) tersendiri. Hal ini seperti dilakukan Garuda Indonesia terhadap Garuda Maintenance Facility (GMF).
“Maskapai penerbangan Merpati dijual sebagian besar ke swasta sahamnya, tetapi MMF dijadikan SBU tersendiri yang dikelola pemerintah. Apalagi permintaan jasa perawatan pesawat ini sangat tinggi dan Merpati memiliki skill dalam hal itu,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News