Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peternakan itik di Indonesia yang sebagian besar dilakukan usaha kecil dan skala rumah tangga terancam dengan masuknya perusahaan raksasa Salim Group yang menggandeng Bangkok Ranch.
Perusahaan tersebut dikabarkan berinvestasi sekitar Rp 450 miliar untuk membangun peternakan itik terpadu. Alasan sejumlah perusahaan besar, baik dari dalam maupun luar negeri, menilai Indonesia pasar yang cukup prospektif untuk peternakan itik/bebek.
Namun usaha peternakan unggas air itu belum dikembangkan dengan baik, kendati trend permintaannya cenderung meningkat. Untuk melindungi peternak lokal yag sekala usahanya UMKM maka harus mempertimbangkan kembali rencana masuknya Salim Group dan Bangkok Ranch.
"Jangan sampai kehadiran mereka akan menggerus usaha peternakan rakyat,” kata Ade M Zulkarnain, ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) kepada kontan.co.id, Rabu (9/1).
Salah satu raksasa konglomerasi terbesar di negeri, Salim Group masuk ke bisnis peternakan itik, melalui anak perusahaannya PT Sumber Permata Sejati dan bermitra dengan Bangkok Ranch yang juga merupakan penain utama di bisnis perunggasan yang berbasis di Thailand dan Belanda.
Untuk mewujudkan bisnis tersebut, kabarnya perusahaan patngan itu menyiapkan investasi sekitar Rp 450 miliar dan untuk tahap pertama menggelontorkan dana Rp 174 miliar. “Harus jelas keberpihakan negara kepada peternak rakyat. Kan tidak mungkin mereka bisa menang dengan perusahaan konglomerat,” Ade menanbahkan.
Dalam enam tahun terakhir usaha peternakan itik di Indonesia memang menunjukkan trend kenaikan yang cukup signifikan. Kebutuhan dan permintaan daging itik sebagian besar untuk permintaan dari usaha kuliner yang semakin menjamur, baik di segnen menengah maupun atas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News