Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sumber energi batubara kelak akan habis dalam beberapa waktu mendatang. Pelan-pelan, PT Samindo Resources Tbk (MYOH) mulai menangkap peluang diversifikasi bisnis di luar tambang batubara.
Kepala Hubungan Investor MYOH Ahmad Zaki Natsir mengaku, sudah sekitar dua tahun yang lalu, pihaknya mulai mengkaji potensi bisnis selain batubara. Salah satunya dengan masuk ke bisnis pembangkit listrik.
Baca Juga: Samindo (MYOH) yakin kinerja keuangan akan membaik di sisa tahun ini
Ia menyebut, belakangan ini MYOH mulai mengikuti beberapa tender proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hanya saja, ia belum bisa membeberkan perkembangannya lebih rinci.
“Sebenarnya bisnis ini belum benar-benar jalan. Kami masih di tahap partisipasi ikut serta tender-tender kelistrikan yang diselenggarakan oleh pemerintah,” kata Zaki ketika dihubungi Kontan, Selasa (19/11).
Pada dasarnya, MYOH tetap melihat peluang di bisnis energi baru dan terbarukan (EBT) secara jangka panjang. Potensi bisnis EBT dinilai cukup besar mengingat tingkat persaingannya belum terlalu ketat.
Baca Juga: Samindo Reseources (MYOH) raih pendapatan US$ 188,90 juta
Selain itu, ada semacam intensif yang diberikan pemerintah kepada perusahaan yang bersedia masuk ke bisnis EBT.
Walau begitu, jikalau MYOH jadi menggarap bisnis EBT dalam waktu dekat, Zaki menilai ekspansi tersebut belum bisa sepenuhnya mengganti kontribusi bisnis jasa penambangan batubara yang selama ini dijalankan perusahaan.
Sebagai catatan, pendapatan terbesar MYOH di kuartal tiga lalu berasal dari bisnis jasa pemindahan tanah dan pengambilan batubara sebesar US$ 140,13 juta.
Salah satu tantangan untuk berekspansi di bisnis EBT saat ini adalah kapasitas yang bisa dihasilkan oleh pembangkit listrik berbasis energi ramah lingkungan cenderung lebih rendah ketimbang energi fosil. Di sisi lain, biaya investasi yang mesti dikeluarkan cukup besar.
Baca Juga: Samindo Resources (MYOH) catat volume batuan penutup sebanyak 40,1 juta bcm
Tantangan lainnya meliputi aspek fleksibilitas. Misalnya, PLTS hanya dapat memaksimalkan kegiatan operasionalnya di siang hari ketika matahari bersinar. Debit air yang menjadi sumber energi pembangkit listrik tenaga minihydro juga belum tentu konsisten sepanjang tahun.
“Bisnis energi terbarukan sebagai komplementer mungkin bisa, tapi belum sampai ke tahap subtitusi atas energi fosil,” ungkap dia.
Kendati demikian, Zaki menilai, tren peralihan energi batubara menuju energi hijau merupakan keniscayaan, sehingga pihaknya tetap perlu memperhatikannya.
“Mungkin di masa depan, teknologi untuk menggarap bisnis energi terbarukan semakin maju dan investasi awalnya lebih murah,” terang dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News