Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .
Baca Juga: Laba Samudera Indonesia (SMDR) Menyusut 55,3% pada Semester I/2023
Tahun 2024 mendatang, SMDR berencana menambah minimal 6 kapal baru. Rencananya, dua kapal akan berasal dari Jepang dan empat lainnya berasal dari China.
"Tahun 2024 akan menantang dan menarik bagi perusahaan, seru. Tentu saja banyak kontrak yang sedang dibidik, nanti akan diumumkan apabila sudah bisa diumumkan," imbuh dia.
Mengenai capex di tahun 2024, Bani tidak membeberkan detail besarannya. Namun dia menegaskan, penambahan kapal baru terus berjalan dengan baik.
"Akan ada 2 kapal peti kemas baru akan diluncurkan di Jepang, 4 kapal petikemas di China, 2 set kapal tug & barge di Semarang dan Madura, serta 2 kapal gas tanker yang akan diserahterimakan di awal 2024 nanti. Dengan demikian, sudah lebih dari 10 kapal tambahan di 2024 dan ini juga masih sangat mungkin bertambah nanti," urainya.
Bani menjabarkan, kinerja Perseroan hingga kuartal IV 2023 dinilai akan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diproyeksi dari pendapatan dan laba bersih yang akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Namun SMDR memastikan kinerja masih akan positif hingga akhir 2023.
Sebagai informasi, SMDR mencatatkan penurunan kinerja keuangan pada kuartal III-2023. Ini terlihat dari pendapatan jasa SMDR yang turun 32,61% dengan nilai US$ 575,42 juta, jika dibandingkan periode sama tahun lalu di angka US$ 853,93 juta.
Pendapatan ini berasal dari tiga sektor yaitu dari jasa pelayaran dan keagenan senilai US$ 445 juta, jasa logistik dan pelabuhan US$ 110,32 juta dan sektor lain-lain senilai US$ 20 juta.
Lalu laba bersih perseroan juga menyusut 64,77% dengan nilai US$ 92,57 juta jika dibandingkan dengan laba bersih hingga September 2022 yang berada di angka US$ 262,8 juta.
"Penurunan freight rate yang ada di pasar saat ini, jauh lebih rendah, bahkan melebihi efisiensi bahan bakar yang bisa dicapai oleh perusahaan. Ini salah satu penyebab profitabilitas tahun ini turun dibandingkan tahun lalu tapi bukan dari kenaikan harga bahan bakar atau harga minyak," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News