kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,41   5,06   0.54%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Santori ekspor 600 kg daging wagyu Ke Myanmar


Rabu, 07 Februari 2018 / 21:31 WIB
Santori ekspor 600 kg daging wagyu Ke Myanmar


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - TANGERANG. Salah satu anak usaha PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Santosa Agrindo (Santori) mengekspor daging sapi wagyu sebanyak 600 kg ke Myanmar. Ini merupakan ekspor daging wagyu yang pertama kalinya dilakukan.

Director Corporate Affairs Japfa Rachmat Indrajaya mengatakan, ekspor ini dilakukan dengan sistem beli putus. Dia bilang, pihaknya akan melihat seperti apa minat pasar Myanmar terhadap daging wagyu Indonesia. Setelahnya, diharapkan jumlah ekspor daging wagyu ke Myanmar akan terus meningkat.

“Di Myanmar kami akan food testing. Ini menjadi semacam promosi dengan harapan yang kami ekspor ke depannya lebih banyak lagi. Ekspor ini semacam membuka jalan ke sana,” ujar Rachmat, Rabu (7/2).

Dia menambahkan, nilai ekspor daging wagyu ini masih tergolong kecil. Menurutnya, ekspor ini bernilai kurang lebih US$ 20.000.

Yo Hendrik, Export Sales Manager Santori menjelaskan, Myanmar menjadi salah satu tujuan ekspor daging wagyu ini karena adanya potensi permintaan daging wagyu yang besar. Apalagi, Jepang sebagai salah satu negara penyedia daging wagyu sedang memiliki stok daging yang terbatas.

Selain itu, harga dagig wagyu Indonesia lebih terjangkau dibandingkan dengan daging wagyu Jepang. “Myanmar juga masih menerima daging dari Australia, jadi potensi kita sangat besar,” ujar Hendrik.

Hendrik menyadari banyak masyarakat Myanmar yang tidak memakan daging sapi. Namun, dia mengatakan banyak hotel dan restoran skala internasional yang masih menyajikan wagyu untuk pengunjungnya. Karena itu, ekspor daging ini baru ditujukan untuk hotel, restoran dan katering (horeka).

Lebih lanjut, Hendrik menyampaikan Santori berencana mengekspor daging wagyu sebanyak 8.000 kg untuk ekspor berikutnya. “Rencana kami ekspor berikutnya dilaksanakan pada Kuartal I tahun ini,” terang Hendrik.

Saat ini Santori pun tengah menyasar ekspor daging wagyu ke Malaysia, Vietnam dan negara-negara di Timur Tengah. Menurut Hendrik, saat ini pemerintah Indonesia tengah melakukan perundingan dengan Malaysia dan Vietnam. Dia bilang, Indonesia hanya sedang menunggu diadaknnya jadwal audit. Sementara, Indonesia baru melakukan penjajakan dengan negara-negara di Timur Tengah.

Menurut Rachmat, Santori masih berpeluang meningkatkan ekspor daging wagyunya. Mengigat saat ini total kapasitas penggemukan sapi wagyu Santori sebesar 150.000 ekor per tahun dengan kapasitas pembialan wagyu 10.000 ekor per tahun dan kapasitas rumah potong modern sebesar 24.000 ton setahun. Santori memang bergerak dalam bidang penggemukan dan pembiakan sapi potong yang terintegrasi.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kemtan), I Ketut Diarmita mengatakan, pemerintah mendukung adanya ekspor daging wagyu ini. Menurutnya, langkah ini menjadi salah satu cara mendukung pemerintah yang sedang berupaya untuk meningkatkan ekspor berbagai komoditas strategis, khususnya ekspor produk pertanian.

“Ekspor perdana ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu membuka pasar ke negara lain. Kami akan terus mendorong pelaku usaha peternakan untuk dapat berdaya saing dan meningkatkan ekspornya ke negara mitra dagang kita,” jelas Diarmita.

I Ketut mengatakan, untuk bisa mengekspor daging wagyu ini, Indonesia harus mendapatkan persetujuan dari negara pengimpor. Dia bilang, daging yang diimpor harus berasal dari peternakan yang telah menerapkan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare) dan telah mendapatkan jaminan keamanan pangan berupa sertifikat veteriner.

Syamsul Maarif, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditjen PKH menambahkan, sejauh ini belum ada kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan ekspor.

Menurutnya, selama pasokan ada, ekspor dapat terus dilakukan. “Yang paling sulit itu mendapatkan kepercayaan dari negara asing,” tandas Syamsul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×