Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen semen, SCG, terus melakukan upaya transformasi menjadi perusahaan yang ramah lingkungan. SCG pun memiliki visi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca absolut Scope 1 dan 2 sebesar 25% pada 2030 mendatang dibandingkan tahun dasar 2020.
Selain itu, SCG juga berambisi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca absolut Scope 3 dari penggunaan bahan bakar fosil yang dijual sebesar 25% pada 2031 dibandingkan 2021. Dalam jangka pendek, SCG menargetkan penurunan konsumsi energi sebesar 13% pada 2025 dibandingkan dengan skenario bisnis seperti biasa dari tahun 2007.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Presiden & Chief Executive Officer SCG Thammasak Sethaudom mengatakan, pihaknya memiliki kerangka ESG 4 Plus Strategy yang meliputi Set Net Zero, Go Green, Reduce Inequality, dan Enhance Collaborations Plus Trust Transparency.
Secara lebih jauh, ada beberapa strategi yang telah diterapkan oleh SCG untuk memenuhi target pengurangan emisi gas rumah kaca. Di antaranya adalah meningkatkan penggunaan biomassa dan energi bersih sebagai pengganti bahan bakar fosil, meningkatkan dan memodifikasi proses dan peralatan untuk efisiensi energi yang lebih tinggi, dan melakukan penelitian dan pengembangan teknologi untuk mencapai netralitas karbon pada 2050.
Baca Juga: SCG Menegaskan Kekuatan Korporat Mengoptimalkan Peluang Pemulihan Ekonomi Regional
Di samping itu, SCG juga berupaya mengembangkan produk, layanan, dan solusi rendah karbon di seluruh nilai rantai pasok. Perusahaan ini juga aktif melakukan reforestasi dan rehabilitas lahan hutan, baik di daratan maupun hutan bakau untuk keanekaragaman hayati serta penyerapan karbon.
“Kami turut meningkatkan kesadaran melalui kegiatan konservasi energi dan adaptasi iklim bagi karyawan serta mitra bisnis,” ujar Thammasak Sethaudom, beberapa hari yang lalu.
Guna mencapai target pengurangan emisi, SCG merencanakan investasi besar dalam berbagai bidang utama, seperti teknologi energi terbarukan dan alternatif, penelitian dan pengembangan (R&D), serta inovasi berkelanjutan.
Khusus pasar Indonesia, investasi SCG dalam pengurangan emisi dialokasikan untuk memperluas kapasitas energi terbarukan, termasuk pemasangan panel surya dan turbin angin untuk memangkas konsumsi listrik di fasilitas produksi semen dan polimer perusahaan.
SCG juga memasang panel surya di tiga unit bisnis untuk membantu proses produksi, yang meliputi Semen Jawa sebesar 1.392 kilowatt peak (kWp), SCG Lightweight Concrete Indonesia (SLCI) sebesar 201 kWp, dan KIA Ceramics sebesar 1.000 kWp.
Lebih jauh, SCG mengembangkan teknologi bahan bakar alternatif, seperti konversi limbah menjadi nilai tambah (AF/AR, RDF, Sistem Anaerobik) guna menggantikan batu bara dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan.
Teknologi daur ulang Alternative Fuel & Alternative Raw (AF/AR) sendiri telah diaplikasikan pada pabrik SCG di Indonesia yakni PT Semen Jawa. AF berasal dari limbah terpilih dari produk sampingan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti batu bara setelah diproses. Jenis limbah yang diproses antara lain plastik, karet, tekstil, karbon aktif, serpihan kayu, sekam padi, cangkang kelapa sawit, serat kelapa, dan residu tanaman lainnya.
Limbah ini akan diproses menggunakan sistem co-processing dengan pembakaran pada suhu 750—1.450 derajat Celcius dalam sistem tertutup yang tidak menghasilkan residu.
Sementara itu, teknologi AR memiliki bahan baku yang meliputi slag besi, abu terbang, gipsum buatan, serta limbah B3 dan non-B3 yang mengandung mineral pengganti seperti kalsium, silika, alumina, dan besi. Penggunaan limbah sebagai AR mencapai 9,4% dari total kebutuhan bahan baku semen.
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Dorong Transformasi Industri Semen Menuju Ekonomi Hijau
“Saat ini, PT Semen Jawa telah mengoptimalkan hingga 5.000 ton bahan bakar alternatif yang menyumbang 20% dari total penggunaan bahan bakar di pabrik,” kata Thammasak.
Untuk bahan baku alternatif, PT Semen Jawa telah memanfaatkan limbah berbahan dan tidak berbahaya dalam proses produksi semen melalui co-processing yang mencapai 8.000 ton per bulan atau setara 3% dari total bahan baku. Penerapan AF/AR di Semen Jawa mampu menurunkan penggunaan bahan bakar fosil sebesar 30%, dengan pengurangan konsumsi batu bara sebesar 3% dan peningkatan penggunaan bahan baku alternatif 9,4%.
Di luar itu, SCG juga mengalokasikan investasinya untuk pengembangan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) untuk menangkap emisi karbon dioksida (CO2) dan mengubahnya menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan dalam proses produksi.
“Kami juga meningkatkan upaya R&D untuk menciptakan produk rendah karbon dan metode produksi berkelanjutan,” tandas dia.
Selanjutnya: Pebisnis Minuman Beralkohol Sulit Dapat Izin Impor
Menarik Dibaca: Rekomendasi Film Keluarga Indonesia di Netflix, Ada Bila Esok Ibu Tiada
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News