Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. SCG, perusahaan terkemuka di ASEAN, secara konsisten menerapkan praktik environmental social governance (ESG) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 2030 dan mencapai emisi nol bersih atau net zero emission pada 2050.
Di bawah kerangka kerja ESG 4 Plus, SCG mengimplementasikan berbagai inovasi energi terbarukan dan merangkul kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan.
Country Director SCG di Indonesia Warit Jintanawan mengatakan, peringatan perubahan iklim sudah di depan mata, seperti kenaikan suhu bumi, kekeringan, dan kenaikan permukaan laut.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan peningkatan target penurunan emisi gas rumah kaca atau Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030 menjadi 31,89% dengan upaya sendiri (setara dengan 358 juta ton CO2eq) dan 43% (setara dengan 446 juta ton CO2eq) dengan bantuan internasional. Bahkan, komitmen tersebut menjadi bagian dari program Indonesia Emas 2045.
SCG pun mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam mengentaskan krisis iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca yang telah berhasil direduksi sebesar 33,04 juta ton CO2eq sejak tahun 2020.
"Guna melanjutkan upaya ini, SCG terus memprioritaskan peningkatan penggunaan bahan bakar terbarukan dan bahan bakar rendah karbon dalam semua proses produksinya,” jelas Warit dalam siaran pers yang diterima Kontan, Kamis (26/10).
Baca Juga: Siam Cement Group (SCG) Targetkan Refuse Derived Fuel 300 Ton Per Hari Pada 2024
Di Indonesia, SCG saat ini mencatat total konsumsi energi bulanan dari kegiatan operasional produksi produksi semen, kemasan, maupun produk petrokimia SCG adalah sebesar 1,8 Gigajoule (GJ). Untuk mengimbangi kebutuhan ini, SCG berinvestasi pada penggunaan energi biomassa, biogas, limbah produksi semen, dan tenaga surya.
SCG Indonesia memiliki tiga inisiasi yang telah dilakukan oleh berbagai anak perusahaannya di Indonesia. Pertama, PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi, pabrik Semen SCG pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Alternative Fuel and Alternative Raw Material (AF/AR) untuk menghasilkan energi dan bahan baku alternatif dari limbah industri.
Teknologi ini telah mengolah setidaknya 7.700 ton limbah produksi dan menghasilkan 3% energi termal untuk memenuhi kebutuhan daya pabrik.
Selain itu, PT Semen Jawa juga tengah mengembangkan fasilitas Refuse-Derived Fuel (RDF) untuk mengolah municipal solid waste atau sampah kota menjadi energi alternatif pengganti bahan bakar fosil melalui metode co-processing di kiln semen.
Peramas Wajananawat, Presiden Direktur PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi menyatakan, inisiasi transisi energi yang berfokus pada pemanfaatan teknologi daur ulang merupakan langkah strategis perusahaan dalam mencapai target Net Zero. Selain itu, inisiasi ini juga menjadi upaya untuk Embrace Collaboration dalam kerangka ESG 4 Plus.
"Adapun kerja sama yang kami lakukan adalah dengan berbagai pelaku industri untuk memasok limbah industri untuk AF/AR, serta berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk memasok limbah yang akan diubah menjadi bahan bakar dengan teknologi RDF," terang dia.
Kedua, dalam pemanfaatan tenaga surya, KIA Ceramics, bekerja sama dengan Sun Energy Indonesia menggunakan atap solar panel di pabriknya yang mampu menghasilkan energi listrik lebih dari 1 GWh sejak tahun 2022.
Solar panel ini mampu mengubah energi matahari menjadi listrik berkat teknologi fotovoltaik dan akan disimpan ke dalam baterai yang dapat digunakan untuk kebutuhan listrik produksi. Penggunaan panel surya ini diproyeksikan akan mengurangi sebesar 600 ton emisi gas rumah kaca atau setara dengan menanam 881 pohon.
PT Semen Jawa juga bekerja sama dengan Cahaya Power Indonesia untuk memasang atap solar panel dengan kapasitas 1.410 kWp pada pabriknya di Sukabumi.
Ketiga, dalam pemanfaatan biogas, FajarPaper menggunakan sistem pengolahan anaerobik atau Anaerobic Treatment System untuk mengolah air limbah dan menghasilkan biogas sebagai bahan bakar alternatif.
Hasilnya, perusahaan ini dapat menghemat sekitar 7% penggunaan batu bara dari total penggunaan batu bara. Teknologi ini telah menghemat biaya sekitar Rp 23 miliar per tahun. Peralihan ini telah mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 3% per tahunnya.
Baca Juga: Siam Cement Group (SCG) Sasar IKN untuk Proyek Energi Baru Terbarukan
Dalam mengimplementasikan beragam inisiasi tersebut, SCG telah menyiapkan rencana investasi regional yang juga mencakup Indonesia, sebesar 5 milar THB atau sekitar lebih dari Rp 2,1 triliun. Dana ini digunakan untuk keperluan riset, pengembangan teknologi, serta implementasi teknologi tersebut dalam rangkaian produksi dan operasional SCG di Indonesia.
SCG dipastikan terus berupaya untuk mengantisipasi berbagai tantangan dan fokus pada tujuan pembangunan berkelanjutan. "Untuk itu, kami menyambut kolaborasi dengan berbagai pelaku industri serta pemerintah untuk mencapai target kami dalam mengurangi emisi karbon dan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan,” kata Warit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News