kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,90   12,59   1.38%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Schneider tambah kapasitas pabrik, untuk apa?


Selasa, 04 Oktober 2016 / 11:08 WIB
Schneider tambah kapasitas pabrik, untuk apa?


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. PT Schneider Electric Indonesia membidik proyek listrik 35.000 megawatt (MW) sebagai sumber pendapatan nan potensial. Itu sebabnya, perusahaan ini berniat memperbesar kapasitas produksi, untuk memenuhi kebutuhan onderdil kelistrikan di proyek tersebut.

Schneider akan memperbesar kapasitas produksi pabrik cubicle di Cikarang, Jawa Barat secara bertahap. Targetnya, kapasitas produksi yang saat ini sebanyak 18.000 unit cubicle per tahun, naik menjadi 27.000 unit cubicle per tahun.

Tanpa menyebutkan nilai investasi, Schneider sudah merealisasikan peningkatan kapasitas produksi sebesar 50%. "Fokus kami tentu ke 35.000 MW, yang memang masih dibagi-bagi beberapa tahun ke depan, itulah yang men-drive kami memperluas pabrik sehingga kapasitas meningkat," ujar Adi Darmadi, Marketing & Utility Distribution Director PT Schneider Electric Indonesia kepada KONTAN, pekan lalu.

Selain mengerek kapasitas pabrik, Schneider menggelar dua strategi lain. Pertama, akan melokalisasi proses pembuatan sejumlah produk di Indonesia.

Perusahaan yang menginduk pada Schneider Electric di Prancis tersebut akan memproduksi fuelly gas insulated dan pool mount pipe di Indonesia.

Kedua, Schneider mengembangkan teknologi penghematan listrik. Salah satu tujuannya berupaya mengurangi waktu downtime PLN. Perusahaan itu mengklaim, dengan menekan downtime, PLN bisa meningkatkan efisiensi sekaligus mengurangi kerugian akibat listrik padam.

Bukan tanpa alasan Schneider menempatkan pengembangan teknologi solusi terintegrasi itu sebagai salah satu strategi bisnis. "PLN  klien VVIP kami, maunya zero downtime dan kami mempunyai solusi semacam itu," terang Adi.

PLN memang bukan satu-satunya klien bisnis. Schneider juga melayani sejumlah perusahaan dan pabrik yang memiliki pembangkit listrik sendiri. Sektor yan digarap beragam, mulai dari pertambangan, manufaktur hingga infrastruktur.

Sejauh ini, 70% penjualan Schneider berasal dari pasar domestik. Barulah sisanya merupakan penjualan dari pasar ekspor. Schneider memprediksikan, keikutsertaan nya di proyek 35.000 MW akan memperbesar porsi penjualan domestik ke depan.

Sementara dari sisi jenis produk, cubicle dan trafo adalah dua produk yang akan mendominasi penjualan. Schneider memperkirakan, masing-masing produk berkontrobusi 25% terhadap total penjualan.

Lantas dari sisi geografi, pasar dari Indonesia bagian timur mulai bergeliat. "Demand di Jawa memang masih besar tapi pertumbuhan di timur secara persentase jauh lebih besar karena PLN juga ekspansi jaringan ke sana," ungkap Adi.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×