Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) mengincar peningkatan profit dari kompleks studio terintegrasi di Cijayanti, Sentul. Dibangun sejak tahun lalu, SCMA telah menggelontorkan belanja modal (capex) sekitar Rp 100 miliar untuk pembangunan studio baru ini.
Direktur SCMA Rusmiyati Djajaseputra mengatakan, seiring pembangunan tahap pertama yang telah rampung, studio baru ini sudah mulai digunakan tahun ini untuk produksi sejumlah judul sinetron Sinemart. Memang karena lahannya luas, pembangunan kompleks studio dibagi menjadi beberapa tahap.
“Studio ini terdiri dari bangunan dengan fasad berbeda dan set syuting yang beragam, sehingga memungkinkan berbagai adegan diproduksi di satu lokasi dengan lebih efisien,” ungkap Rusmiyati kepada Kontan, Senin (25/8/2025).
SCMA memang mengincar peningkatan efisiensi, utamanya soal biaya, dari penggunaan studio baru ini. Harapannya, dapat meningkatkan profitabilitas SCMA.
Baca Juga: Elang Mahkota Teknologi (EMTK) Gelontorkan Rp 68,43 Miliar untuk Borong Saham SCMA
Jika melongok laporan keuangan SCMA, pada semester I-2025 SCMA memang masih bisa menumbuhkan laba usaha, meski hanya 1,64% secara tahunan menjadi Rp 354,33 miliar. Dari sisi pendapatan, SCMA mencatat penurunan tipis 0,12% secara tahunan menjadi Rp 3,32 triliun.
SCMA menganggarkan belanja modal (capex) sekitar Rp 250 miliar di sepanjang tahun 2025, dengan 30% di antaranya telah terealisasi. Rusmiyati bilang perseroan kini tengah meninjau ulang alokasi capex berdasarkan skala prioritas. Selain untuk pembangunan studio baru, capex juga diarahkan untuk peremajaan alat produksi dan penyiaran.
SCMA memang masih memandang siaran gratis atau free to air (FTA) sebagai pemimpin konten di Indonesia, meski perkembangan digital berlangsung pesat. Perseroan melihat FTA dan digital justru saling melengkapi, dan konten FTA bisa diperluas melalui kanal digital, termasuk OTT dan media sosial.
“Sehingga konten tidak hanya menjadi tontonan pasif, tetapi juga memperkuat diskusi di media sosial,” kata Rusmiyati.
Meski, ia juga membeberkan bahwa dari sisi belanja iklan, FTA mengalami penurunan sekitar 13% sejak awal tahun (YtD) akibat kondisi makro ekonomi yang masih lesu. Pengiklan banyak menurunkan anggaran, bahkan termasuk di periode khusus seperti mudik dan lebaran.
Dalam kondisi saat ini, SCMA tak memasang target muluk. Rusmiyati bilang perseroan menargetkan pendapatan dapat lebih baik atau minimal setara dengan pertumbuhan pasar.
Sementara untuk sisi bottom line, SCMA mendorong cost saving dengan melakukan analisis ketat untuk biaya konten agar tetap tepat sasaran, sembari juga melakukan penghematan dan restrukturisasi di berbagai bidang.
“Oleh karena itu kami menargetkan pertumbuhan laba yang lebih baik daripada tahun lalu,” imbuh Rusmiyati.
Baca Juga: Lagi, Elang Mahkota Teknologi (EMTK) Borong 230,73 Juta Saham Surya Citra (SCMA)
Selanjutnya: Bahlil Ungkap Program Listrik Desa Sudah Masuk APBN 2025-2026
Menarik Dibaca: Harga Bitcoin Hari Ini Jatuh ke Bawah US$ 110.000, Pertama Kali sejak Maret 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News