kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah perusahaan furnitur telah mulai rumahkan karyawan dampak covid-19


Rabu, 01 April 2020 / 18:13 WIB
Sejumlah perusahaan furnitur telah mulai rumahkan karyawan dampak covid-19
ILUSTRASI. Konsumen mengamati produk ekspor yang dipamerkan di Trade Expor Tangerang, Minggu (28/10).


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) akui saat ini industri furnitur makin terbebani dengan adanya virus corona atau covid-19. Sejumlah pabrik dikabarkan telah ada yang tutup mulai April hingga Juni dan terpaksa merumahkan karyawan di awal Maret kemarin.

Abdul Sobur Sekretaris Jendral Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) menyatakan sejak awal Maret ada perusahaan furnitur mulai merumahkan karyawan.

Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Terangkat Kenaikan Ekspor & Kurs

"Adapun langkah pengurangan tenaga kerja akan lebih besar lagi karena ada pabrik yang bakal tutup total pada April sampai Juni mendatang," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (1/4).

Abdul belum bisa memerinci berapa jumlah karyawan yang dirumahkan karena masih dalam pendataan.

Biang masalah pengurangan tenaga kerja ini karena terjadi pembatalan atau penundaan order akibat Corona sehingga perusahaan tidak punya kemampuan cashflow untuk membayar.

Baca Juga: Jokowi gratiskan listrik 3 bulan, Sandiaga Uno: Saya mendukung penuh

Ibarat sumur mengering dari mana lagi bisa menimba airnya karena sumur tetangga pun kering,  perumpaan ini bisa menjadi gambaran dampak corona ke sektor furnitur.

Abdul mengungkapkan Amerika Serikat sebagai negara tujuan utama mebel Indonesia yang mencatatkan nilai ekspor US$ 700 juta, penjualan ekspornya mengalami penurunan drastis bahkan ada bayer stop order. Begitu juga dengan ekspor ke Eropa dan Timur Tengah juga terhambat karena Corona.

Menurut Abdul  semua ini tergantung kecepatan pemulihan karena kondisinya juga akan sangat dipengaruhi oleh kesiapan bayer di negara tujuan ekspor.

Baca Juga: Duh, kasus virus corona di Jerman melonjak 5.000 kasus dalam sehari

Merespons adanya sejumlah kebijakan fiskal dan moneter yang ditawarkan pemerintah ke industri manufaktur, menurut Abdul yang paling harus didahulukan adalah bantuan tunai bagi karyawan yang dirumahkan karena perusahaan tidak lagi punya kemampuan cashflow untuk membayarnya.

Selain itu, antisipasi bantuan pemulihan dalam jangka panjang mulai harus dirancang untuk menghadapi pasca-covid.

"Justru yang dihadapi adalah gejolak sosial karena masalah ekonomi. Hal ini yang perlu diantisipasi karena dunia usaha menjawab 90% lapangan kerja bagi rakyat," kata Abdul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×