Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mengungkap sejumlah rencana investasi besar dari perusahaan migas global untuk pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage/CCS) dan hilirisasi energi bersih di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, nilai investasi yang disiapkan dalam proyek-proyek ini mencapai US$ 10 miliar hingga US$ 15 miliar per perusahaan.
"Beberapa program sudah dipersiapkan oleh beberapa investor di oil and gas antara lain Exxon Mobil, Shell, dan BP Tangguh. Sehingga dengan investasi yang besarnya masing-masing sekitar US$ 10 miliar sampai US$ 15 miliar ini maka tentunya batubara bisa ditarik karbonnya terutama dengan teknologi tinggi," kata Airlangga dalam Mining Forum dalam siaran YouTube, Kamis (31/7).
Airlangga menambahkan, teknologi CCUS ke depan juga bisa dikombinasikan dengan pembakaran amonia maupun hidrogen. Hal ini membuka peluang pemanfaatan clean coal technology secara berkelanjutan.
Baca Juga: Airlangga: Shell Siapkan Investasi US$15 Miliar di Proyek Energi Bersih Indonesia
"Oleh karena itu inovasi menjadi sangat penting dan kita tidak boleh ketinggalan daripada perkembangan negara lain. Negara seperti Jepang dan Australia sudah mengembangkan teknologi ini dan Indonesia seharusnya dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa mengembangkan," jelas Airlangga.
Menurut Airlangga, CCUS juga dinilai potensial untuk mendukung peningkatan produksi gas bumi melalui mekanisme enhanced gas recovery (EGR).
Sebagai informasi, salah satu proyek konkret yang tengah berjalan adalah pengembangan Tangguh Ubadari, CCUS, and Compression (UCC) yang dipimpin oleh BP (British Petroleum) dan mitra-mitranya di blok Tangguh, Papua Barat. Proyek ini menyedot investasi sebesar US$ 7 miliar atau sekitar Rp 111,3 triliun.
CEO BP Murray Auchincloss pernah mengatakan, proyek UCC akan menjadi proyek CCS skala besar pertama di Indonesia, dengan potensi menyekuestrasi sekitar 15 juta ton CO₂ pada tahap awal.
"BP telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari lima puluh lima tahun, dan hubungan yang erat dengan para mitra memungkinkan kami membawa pengalaman teknis yang mendalam untuk mendukung pengembangan inovatif ini," kata Murray dalam keterangan resmi, Jumat (22/11/2024).
Shell dan ExxonMobil Tertarik
Selain BP, Shell dan ExxonMobil juga tengah menjajaki peluang untuk masuk dalam proyek-proyek penangkapan karbon dan pengembangan migas rendah emisi. Namun, keduanya masih berada pada tahap awal evaluasi.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengungkapkan dua perusahaan migas global, Shell dan ExxonMobil, masih berada dalam tahap awal evaluasi untuk menanamkan investasi di sektor hulu migas Indonesia.
Kepala Divisi Prospektivitas Migas & Manajemen Data Wilayah Kerja SKK Migas, Asnidar menjelaskan, Shell hingga saat ini belum menentukan secara pasti wilayah kerja (WK) yang menjadi minat investasinya.
"Shell masih melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan investasi di upstream oil & gas di Indonesia, namun belum menetapkan area of interest yang pasti," kata Asnidar kepada Kontan, Kamis (31/7/2025).
Sementara itu, ExxonMobil Indonesia juga belum mengunci keputusan investasinya. Asnidar menyebut, perusahaan asal Amerika Serikat itu masih menjalankan studi geologi dan geofisika (G&G), serta melakukan akuisisi data atau survei tambahan untuk memperkuat dasar pengambilan keputusan investasi.
Baca Juga: Bahlil Minta Sri Mulyani Siapkan Anggaran Fasilitasi Listrik untuk 5.700 Desa
Selanjutnya: Promo Indomaret Super Hemat sampai 6 Agustus 2025, Cimory-Frestea Beli 2 Gratis 1
Menarik Dibaca: Master Bagasi Permudah Pembayaran Global Lewat Fitur Pilihan 23 Mata Uang Asing
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News