Reporter: Vina Elvira | Editor: Yudho Winarto
Sebenarnya, terang John, SKLT ingin lebih memperluas lagi pangsa pasar mereka di kancah penjualan ekspor. Tapi, kondisi pandemi yang masih serba tidak pasti membuat rencana tersebut belum bisa terealisasi dengan baik.
"Produk-produk kami ini sebetulnya masih ada target market yang kita belum masuk. Hanya karena pandemi aja kirim ornag gak bisa, apa lagi kirim orang ke luar negeri untuk cari pasar, itu sudah tertutup semua. Jadi agak sulit," terang dia.
Adapun, penjualan ekspor SKLT di sepanjang tahun 2020 terbilang cukup baik. Menurut John, negara tujuan ekspor yang selama ini telah diraih justru menunjukkan prospek yang positif bahkan terjadi kenaikan.
"Penjualan kita ini tertahan murni karena kena pandemi dan daya beli masyarakat yang turun. Sedangkan untuk ekspor tidak ada masalah, malah tahun lalu juga positif ekspornya juga ada kenaikan. Sehingga kita lumayan masih bisa survive," jelasnya.
Sebagai gambaran, pendapatan ekspor SKLT di tahun 2020 adalah sebesar Rp 225,41 miliar. Angka tersebut tumbuh 8% secara tahunan atau yoy dari realisasi pendapatan di tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 208,71 miliar.
Sedangkan kontribusi ekspor terbesar di tahun 2020, disebut John masih dipegang oleh negara-negara Eropa seperti Belanda dan Inggris, lalu disusul oleh Korea dan Australia.
"Tapi ada juga negara-negara lain seperti Australia sampai ke Asia juga ada di Korea dan China. Jadi itu kira-kira untuk negara-negara ekspornya," lanjut dia.