Reporter: Vina Elvira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen bahan makanan PT Sekar Laut Tbk (SKLT) membidik pertumbuhan pendapatan neto sekitar 10% tahun ini. Perseroan optimistis dengan program vaksinasi yang tengah digencarkan pemerintah sejak Januari lalu, mampu mengerek kembali daya beli masyarakat yang sempat lesu.
"Penjualan kita optimistis, kalau sampai pandemi ini sudah bisa berhenti, dengan orang melakukan vaksin kita mau mengejar tetap target kita 10% pertumbuhan. Kalau vaksinnya berhasil, kami yakin mencapai 10% itu bisa," ujar Direktur Sekar Laut John C Gozal dalam Paparan Publik Virtual, Senin (10/5).
John berujar, apabila target pendapatan neto 10% bisa diraih oleh SKLT, hal itu otomatis akan berdampak terhadap capaian laba bersih yang diperkirakan dapat meroket hingga 20% di pengujung tahun nanti.
Baca Juga: Kinerja mantap, laba bersih Sekar Laut (SKLT) melonjak 45,8% di kuartal I-2021
"Kalau laba itu tergantung penjualannya saja. Kalau penjualannya mencapai 10% bisa, maka laba itu kira-kira bisa mencapai tambahan 20% bisa meningkat," ujarnya.
Tidak banyak agenda bisnis baru yang dicanangkan SKLT di tahun 2021. Dia bilang, pihaknya akan terus berupaya meningkatkan pendapatan di tahun ini, namun di lain sisi prinsip 'wait and see' juga terus dijalankan oleh SKLT.
Di mana, SKLT akan tetap menunggu situasi pandemi ini bisa terkendali dengan baik sehingga dapat menggairahkan kembali produktivitas masyarakat, yang nantinya akan ikut mendongrak daya beli mereka.
Selain itu, SKLT juga tengah melakukan pengembangan terhadap produk sambal. Di akhir tahun nanti, SKLT akan merilis varian sambal terbaru yang diharapkan dapat membantu meningkatkan penjualan.
Sebenarnya, terang John, SKLT ingin lebih memperluas lagi pangsa pasar mereka di kancah penjualan ekspor. Tapi, kondisi pandemi yang masih serba tidak pasti membuat rencana tersebut belum bisa terealisasi dengan baik.
"Produk-produk kami ini sebetulnya masih ada target market yang kita belum masuk. Hanya karena pandemi aja kirim ornag gak bisa, apa lagi kirim orang ke luar negeri untuk cari pasar, itu sudah tertutup semua. Jadi agak sulit," terang dia.
Adapun, penjualan ekspor SKLT di sepanjang tahun 2020 terbilang cukup baik. Menurut John, negara tujuan ekspor yang selama ini telah diraih justru menunjukkan prospek yang positif bahkan terjadi kenaikan.
"Penjualan kita ini tertahan murni karena kena pandemi dan daya beli masyarakat yang turun. Sedangkan untuk ekspor tidak ada masalah, malah tahun lalu juga positif ekspornya juga ada kenaikan. Sehingga kita lumayan masih bisa survive," jelasnya.
Sebagai gambaran, pendapatan ekspor SKLT di tahun 2020 adalah sebesar Rp 225,41 miliar. Angka tersebut tumbuh 8% secara tahunan atau yoy dari realisasi pendapatan di tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 208,71 miliar.
Sedangkan kontribusi ekspor terbesar di tahun 2020, disebut John masih dipegang oleh negara-negara Eropa seperti Belanda dan Inggris, lalu disusul oleh Korea dan Australia.
"Tapi ada juga negara-negara lain seperti Australia sampai ke Asia juga ada di Korea dan China. Jadi itu kira-kira untuk negara-negara ekspornya," lanjut dia.
Baca Juga: Pendapatan bersih Sekar Laut (SKLT) turun menjadi Rp 1,25 triliun di tahun lalu
SKLT belum memiliki anggaran khusus terkait belanja modal atau capital expenditure (capex) di tahun ini. John mengaku, pihaknya masih ada penyelesaian dari anggaran di tahun lalu.
"Tahun lalu pun capex kita kecil sekali, tidak sampai Rp 7 miliar. Jadi tidak ada strategi atau tidak ada investasi untuk menggunakan yang baru," terangnya.
Sedikit informasi, SKLT menorehkan kinerja yang menurun di tahun 2020. Melansir laporan keuangan perseroan, pendapatan neto SKLT tercatat turun tipis 2,13% yoy dari semula Rp 1,28 triliun di tahun 2019 menjadi Rp 1,25 di tahun 2020.
Penurunan pun dijumpai pada perolehan laba bersih perusahaan. Di tahun 2020, SKLT tercatat membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 42,52 miliar. Angka tersebut menurun 5,48% yoy dari perolehan di tahun sebelumnya yang sebesar Rp 44,98 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News