kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sektor pertanian memiliki peluang ekspor yang menjanjikan di saat pandemi


Senin, 19 Oktober 2020 / 17:54 WIB
Sektor pertanian memiliki peluang ekspor yang menjanjikan di saat pandemi
ILUSTRASI. Petani melakukan perawatan tanaman buah Tin. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang tetap tumbuh di kala pandemi. Kontribusi pertumbuhannya mencapai 2,19% terhadap PDB, termasuk dari sisi ekspor yang juga tumbuh sebesar 9%. Kontribusi ini belum termasuk dari komoditas sawit. 

Hal tersebut menjadi salah satu bahasan dalam The 2nd MarkPlus Government Roundtable: Pemulihan Ekonomi di Sektor Pertanian yang digelar secara virtual pada Senin (19/10) 2020.

Menurut Kasan, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan salah satu pertumbuhan sektor pertanian dipicu oleh rumah tangga.

"Di era pandemi ini masyarakat lebih percaya diri konsumsi hasil pertanian lokal seperti buah-buahan. Mereka enggan konsumsi buah impor karena takut tidak bebas Covid-19. Selain itu ekspor komoditas pertanian terutama buah-buahan ini cukup baik. Banyak negara-negara maju yang mulai konsumsi buah lokal Indonesia," ungkap Kasan.

Kasan mencontohkan komoditas yang menjadi primadona untuk diekspor adalah buah naga, nanas, pisang, sampai sarang burung walet. Selain masuk ke China, komoditas unggulan tersebut juga berhasil tembus ke Eropa. Sementara komoditas pertanian lainnya yang mengalami peningkatan ekspor adalah kelapa sawit. 

Baca Juga: Survei Markplus: Tren urban farming makin diminati masyarakat di masa pandemi

Dirut Holding Perkebunan Nusantara (PTPN III) Mohammad Abdul Ghani mengatakan hal tersebut terjadi karena rupiah mengalami pelemahan terhadap mata uang asing, serta produksi kelapa sawit di Malaysia menurun.Oleh karenanya, terjadi peningkatan ekspor kelapa sawit. 

Tidak hanya menyoroti penguatan ekspor, Abdul juga membahas mengenai konsumsi bahan bakar minyak dalam negeri yang banyak menyerap bahan bakar dari impor.Menurut data yang dipaparkan Abdul, dari sekitar 800 ribu barel produksi nasional, kebutuhannya mencapai 1,6 juta barel per hari. 

"Maka dari itu, sudah saatnya Indonesia memanfaatkan biofuel berbahan dasar kelapa sawit untuk mengurangi ketergantungan impor bahan bakar fosil fuel," jelasnya. 

Ia berharap kegiatan substitusi tersebut bisa menjadi agenda nasional sehingga mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak. 

Selanjutnya: Begini upaya pemerintah menjaga kedaulatan pangan di masa pandemi corona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×