kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Selama ada kesenjangan, bisnis properti jalan


Jumat, 10 Oktober 2014 / 14:49 WIB
Selama ada kesenjangan, bisnis properti jalan
ILUSTRASI. Kue Cucur Kopi Blender merupakan salah satu jenis jajanan tradisional yang dimodifikasi jadi super nikmat


Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Defisit rumah yang masih berada pada posisi 15 juta unit dan diprediksi bakal terus membengkak dalam tahun-tahun mendatang, justru merupakan peluang besar yang bisa dimanfaatkan pengembang untuk membangun proyek baru. 

"Selama masih ada kesenjangan antara pasokan yang tersedia dengan tingkat kebutuhan, bisnis properti, terutama hunian, akan terus jalan. Jangan khawatir, ekonomi boleh melambat, namun masyarakat yang butuh rumah tidak akan menunda pembelian," tutur Wakil Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Tbk., Indra Wijaya, kepada Kompas.com, Jumat (10/10/2014). 

Kesenjangan tersebut, kata Indra, tidak hanya berada pada level kelas bawah (masyarakat berpenghasilan rendah), juga ada pada level menengah, dan atas. Pasokan rumah semua kelas masih terbatas, dan belum bisa memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Meski kelas menengah, dan atas populasinya lebih sedikit ketimbang kelas bawah, namun komposisinya akan terus bertambah seiring pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan per kapita. Nah, jumlah kelas menengah nantinya akan semakin banyak. Merekalah yang punya kemampuan untuk membeli rumah," jelas Indra. 

Hal senada dikatakan pendiri imperium bisnis Ciputra Group, Ciputra. Menurut dia, bisnis properti tak akan terguncang hanya karena ekonomi melambat. "Kita dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif, mengeluarkan produk baru dengan cara-cara baru. Termasuk dalam hal kemudahan pembiayaan," ujar Ciputra.

Kondisi ekonomi, lanjut Ciputra, boleh saja melambat. Namun, pada 2020 nanti, Indonesia mampu mencetak pendapatan per kapita di atas 10.000 dollar AS per tahun. Ini artinya, daya beli semakin meningkat. Harga properti pun akan terkerek naik, hingga tiba saatnya berhenti saat pendapatan per kapita menembus angka 25.000 dollar AS.

"Lagipula, pemerintah tak akan membiarkan bisnis properti terguncang lebih dalam. Itulah kenapa, tempo hari Bank Indonesia melakukan pengetatan kredit. Itu karena untuk mengerem laju pertumbuhan harga yang semakin hari-semakin tinggi karena pasokan terbatas sementara permintaan tinggi," terang Ciputra.

Sementara Wakil Presiden Direktur PT Metropolitan Kentjana Tbk., Jeffri Sandra Tanudjaja, dan juga Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk., Johannes Mardjuki sepakat, bisnis properti akan semakin lancar bila pemuncak otoritas mendukungnya dengan memilih sosok yang tepat untuk mengurus industri properti.

"Harus pro pembangunan, tidak asal mengeluarkan kebijakan populis, dan mengerti mana yang merupakan kewajiban pemerintah, dan mana yang merupakan kewajiban pengembang," harap Jeffri. (Hilda B Alexander)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×