kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selama pandemi covid-19, produksi jahe merah petani binaan APP Sinar Mas melonjak


Rabu, 13 Mei 2020 / 17:03 WIB
Selama pandemi covid-19, produksi jahe merah petani binaan APP Sinar Mas melonjak
ILUSTRASI. Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) binaan Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas di Jambi.


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Desa Makmur Peduli Api (DMPA) binaan Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, menggenjot produksi jahe merah seiring kenaikan permintaan.

Peningkatan produksi jahe merah Budidaya dan pengolahan jahe merah di salah satu titik DMPA, yaitu Desa Dataran Kempas, Jambi dimulai sejak 2017 dengan melibatkan 130 anggota Kelompok Wanita Tani Mekar Wangi.

Diketuai Rita Ayuwandari, kelompok ini tidak hanya menanam jahe merah, tetapi juga mengolahnya menjadi serbuk jahe, serta makanan dan minuman berbahan dasar jahe.

Selama pandemi COVID-19, produksi tanaman jahe merah tersebut meningkat dari 150-200 kg per bulan menjadi 350 kg per bulan.

Jahe merah dan hasil olahannya tersebut telah didistribusikan ke beberapa kabupaten di Jambi, Sumatra Selatan, Riau, dan Jakarta, baik melalui pemesanan langsung dan online, maupun melalui berbagai minimarket.

Baca Juga: Berikut obat herbal yang ampuh menyembuhkan batuk kering

“Sejak pandemi, banyak orang mencari jahe. Pendapatan kami pun naik hingga 50%. Untuk memenuhi permintaan pasar, sebagian desa kami sampai berpindah dari bertanam sawit menjadi bertanam jahe. Saya juga bekerja sama dengan desa tetangga sebagai penyedia bahan baku. Semoga dengan ini semakin banyak masyarakat yang mandiri secara ekonomi,” ujar Rita, salah satu warga, dikutip dari keterangan resmi, Rabu (13/5).

Lewat program DMPA, Rita dan kelompoknya tidak hanya mendapat pembinaan tentang metode agrikultur berkelanjutan untuk mencegah kebakaran.

Mereka juga menerima bantuan berupa polybag dan pupuk kompos dari PT WKS. Keberhasilan Kelompok Wanita Tani Mekar Wangi ini menginspirasi munculnya petani-petani lain di 10 desa dari lima kecamatan yang tersebar di Jambi.

Melihat keberhasilan para peternak madu binaan DMPA di Desa Bahta, Kalimantan Barat dan meningkatnya permintaan selama pandemi COVID-19, masyarakat lainnya pun termotivasi untuk ikut membudidayakan madu.

Desa tersebut kini memproduksi tiga kali lipat jumlah madu yang dihasilkan sebelumnya, yaitu menjadi 100 kg per bulan. Madu tersebut didistribusikan ke Jakarta, Yogyakarta, Pontianak, Sintang, Sambat, dan Kapuas Hulu. 

“APP Sinar Mas sejak awal membantu kami memasarkan madu ini. Sejak pandemi, 120 kg madu yang biasanya baru terjual dalam sebulan, sekarang habis hanya dalam satu minggu. Untuk memenuhi permintaan pasar, kami juga bekerja sama dengan peternak madu dari dusun sebelah,” jelas Togos, salah satu peternak lebah di Desa Bahta.

Dalam melaksanakan program DMPA di masa pandemi ini, perusahaan pun melakukan beberapa penyesuaian untuk mencegah penularan COVID-19.

Baca Juga: Catat! Ini manfaat wedang jahe untuk kesehatan Anda

Antara lain, menghindari sosialisasi program dengan cara mengumpulkan massa dan menggantinya dengan sosialisasi langsung dari rumah ke rumah, serta mempraktikkan dan mengedukasi masyarakat DMPA tentang menjaga kebersihan dan jarak aman.

Masyarakat DMPA pun menerapkan pengecekan suhu tubuh di pintu masuk desa dan menyediakan disinfektan.

Selain itu, kelompok tani DMPA binaan perusahaan di Desa Dataran Kempas, Jambi pun telah menyumbangkan 2.000 masker kepada masyarakat setempat. Sementara, Togos bersama Forum Peternak Madu Kelulut juga menyumbangkan madu kelulut untuk tenaga medis di beberapa rumah sakit kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×