Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Lebih lanjut, Hendra juga menyebut bahwa hal penting lain yang harus diperhatikan Dirjen Minerba yang baru ialah soal pengendalian produksi batubara. Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir, realisasi produksi batubara selalu meroket dari target.
Sebagai gambaran, dalam catatan Kontan.co.id, pada tahun 2018, saat itu target di RKAB ditetapkan sebesar 485 juta ton. Tapi, realisasi produksi di tahun itu menanjak menjadi 557 juta ton.
Sedangkan pada tahun lalu, target awal dalam RKAB dipatok di angka 489,12 juta ton. Namun, realisasi produksi hingga akhir tahun 2019 menanjak hingga menjadi 616 juta ton.
"Tantangan ke depan adalah bagaimana pemerintah bisa mengendalikan produksi sesuai dengan target yang ditetapkan karena ke depan kewenangan ada di tangan pemerintah pusat," sebut Hendra.
Baca Juga: Persaingan Calon Dirjen Minerba sangat ketat, ini tantangan bagi yang terpilih...
Senada, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan bahwa pengelolaan batubara harus menjadi perhatian serius. Saat ini, tak bisa dipungkiri bahwa batubara masih menjadi sumber energi paling dominan dan paling murah untuk kelistrikan, serta menopang devisa negara sebagai komoditas ekspor andalan.
Namun, konservasi cadangan serta aspek kelestarian lingkungan mesti mendapatkan perhatian lebih. "Perhapi mendorong hal itu, karena cadangan batubara kita cukup banyak dan bisa digunakan sebagai energi saat ini dan masa depan," ujar Rizal.
Tak hanya itu, Rizal juga menyoroti sejumlah hal, seperti pentingnya untuk menggenjot kegiatan eksplorasi, peningkatan investasi minerba dari hulu hingga hilir, serta peningkatan nilai tambah. "Ini juga terkait penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan negara baik pajak, non-pajak maupun devisa hasil ekspor," sambungnya.