Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) memberangkatkan anjungan Lapangan KLD pada Rabu (15/7) menuju lepas pantai Utara Jawa Barat.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, dengan rampungnya anjungan diharapkan proyek dapat dimulai lebih awal dari jadwal yang dicanangkan.
Dwi tak menampik kondisi pandemi covid-19 cukup memberikan dampak bagi industri hulu migas. Ia pun mengapresiasi langkah PHE ONWJ dalam merampungkan proyek di tengah tantangan yang dihadapi.
"Kami berharap capaian yang membanggakan ini dapat dikawal dengan baik agar memberikan dampak positif pada penambahan produksi migas dan dalam jangka panjang akan menopang upaya mencapai produksi 1 juta barrel di 2030 untuk mewujudkan ketahanan energi nasional," kata Dwi dalam keterangan tertulis, Rabu (15/7).
Baca Juga: Produksi Blok Rokan capai 170.000 bph di Juli, SKK Migas: potensi masih cukup besar
Asal tahu saja, tahap pabrikasi anjungan KLD dilakukan oleh kontraktor EPCI PT Meindo Elang Indah di Handil-1 Fabrication Yard.
Sementara itu, Direktur Utama PT PHE Subholding Upstream, Budiman Parhusip mengatakan, pihaknya tetap berupaya merampungkan proyek kendati dihantam dampak pandemi covid-19.
“Proses fabrikasi anjungan KLD yang tepat waktu membuktikan kami berupaya maksimal untuk tetap on track sesuai dengan jadwal penyelesaian proyek," terang Budiman.
Ia memastikan pihaknya juga menerapkan mekanisme work from home (WFH) untuk pekerja di kantor proyek dan meminimalkan jumlah pekerja di site untuk mengutamakan kesehatan.
Hal serupa berlaku juga pada kontraktor EPCI PT Meindo Elang Indah. Selain memberlakukan 50% WFH untuk pekerja di Jakarta, juga mempertahankan jumlah pekerja di site yang diperlukan untuk penyelesaian tahap pekerjaan ini.
Baca Juga: SKK Migas belum terima laporan soal Shell mundur dari Blok Masela
Budiman melanjutkan, tahap fabrikasi (first cut) telah dimulai sejak September 2019. Dengan terus mengawal proyek, Pertamina berharap, milestone pengembangan Lapangan KLD dapat memenuhi standar OTOBOSOR (on time, on budget, on scope dan on return) dan tentunya tetap mengedepankan aspek keselamatan, kesehatan dan lindung lingkungan dalam pelaksanaannya.
Ia menambahkan, pengembangan Lapangasn KLD dihadapkan pada tantangsan kondisi lapangan yang tergolong tua.
"Lapangan tua adalah tantangan tersendiri. Mengurangi natural decline tentunya membutuhkan strategi khusus. Yang kami lakukan dengan Pengembangan lapangan KLD adalah langkah nyata PHE khususnya PHE ONWJ untuk mengejar target produksi," tutur Budiman.
Sementara, GM PHE ONWJ Cosmas Supriatna menambahkan pemasangan anjungan baru dimungkinkan pada Agustus mendatang mengingat jarak tempuh menuju lokasi pemasangan.
"Perjalanan menuju lokasi pemasangan akan memakan waktu selama sekitar 10 hari, sehingga diperkirakan di bulan Agustus , pemasangan Anjungan KLD yang terdiri atas pile, jacket, dan topside termasuk boat landing anjungan sudah dapat dilakukan. Kami berharap pengembangan lapangan KLD sesuai dengan timeline," terang Cosmas.
Sekedar informasi, proyek dengan alokasi biaya US$ 35,42 juta dengan potensi cadangan mencapai 1.6 mmbc/30.7 BCF (6.9 MMBOE) diharapkan lebih cepat dari rencana awal di kuartal 1 2021.
Pertamina menargetkan dua sumur di Lapangan KLD akan menyumbang tambahan migas sebesar 500 BCPD & 15 MMSCFD. Adapun, produksi dari Lapangan KLD akan digunakan seluruhnya untuk kepentingan dalam negeri sehingga menjadi pendorong roda perekonomian industri di sekitar wilayah kerja PHE ONWJ.
Baca Juga: SKK Migas mulai penerapan insentif penundaan setoran ASR bagi kontraktor migas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News