kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45887,73   13,33   1.52%
  • EMAS1.365.000 0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semester I, impor handphone mengalami penurunan


Rabu, 14 September 2011 / 07:40 WIB
Semester I, impor handphone mengalami penurunan
ILUSTRASI. Gedung Kantor Pusat Pegadaian di Jakarta.


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Impor telepon seluler (handphone) pada semester I-2011 mengalami penurunan 5,67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan impor terjadi karena sudah banyak telepon seluler yang dipasok dari dalam negeri.

Data dari BPS menyebutkan impor telepon seluler pada tahun ini mencapai US$ 1,08 miliar atau turun 5,67% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 1,14 miliar.

Impor terbesar berasal dari China sebesar US$ 4,59 juta atau turun 32,49 persen dari periode yang sama tahun lalu. Sedangkan impor terbesar kedua berasal dari India sebesar US$ 143,70 juta atau turun 31,39%. Selanjutnya disusul oleh Korea Selatan naik 26,79% jadi US$ 120,69 juta, Hongaria naik 64,15% jadi US$ 87,41 juta dan Vietnam naik 53,13% jadi US$ 63,09 juta.

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi mengatakan penurunan impor telepon seluler terjadi karena sudah banyak yang disuplai dari dalam negeri."Sudah banyak produk telepon seluler yang diproduksi di dalam negeri,” kata Budi.

Saat ini menurut Budi ada 7 merek telepon seluler yang sudah diproduksi di Indonesia di antaranya Mito dan Nexian. Produk telepon seluler yang diproduksi sudah memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) antara 20% hingga 30%.

Pemerintah menurut Budi terus berupaya mengajak produsen telepon seluler agar tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar saja tapi mau membangun pabriknya di Indonesia. Sebagai pemanis, pemerintah akan memberikan insentif pajak sesuai berupa tax allowance yaitu insentif untuk industri tertentu dan wilayah tertentu.

Di sisi lain, pemerintah juga akan menerapkan disinsentif bagi produk impor yang hanya memanfaatkan Indonesia sebagai pasar yaitu dengan mengenakan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) bagi produk impor. Salah satunya, PPnBM diusulkan akan dikenakan pada BlackBerry.

Ketua Asosiasi Importir Seluler Indonesia (AISI) Eko Nilam mengatakan produsen seluler kurang berminat untuk membangun pabrik di Indonesia. Bahkan perusahaan yang sudah ada di Indonesia seperti Motorola sudah lama pindah dari Indonesia ke Singapura dan Vietnam. "Mereka menilai di Indonesia lebih gampang menyelundup daripada investasi," kata Eko.

Menurutnya pemerintah harus menata lagi kebijakan impor dengan menggandeng importir atau asosiasi. Jika dibiarkan liberal maka tidak bisa menciptakan iklim investasi yang kondusif. Karena investasi dianggap tidak menarik, maka pasar Indonesia yang sangat besar marak dengan produk selundupan.

Waketum Bidang Industri, Riset dan Teknologi Kadin, Bambang Sujagad mengatakan pemerintah perlu berhati-hati dalam menerapkan sebuah kebijakan. Salah satunya rencana PPnBM pada BlackBerry. Ponsel itu menurutnya bukan barang mewah tapi barang berteknologi tinggi. Selain itu, jika BlackBerry diproduksi di Malaysia, Indonesia sudah terikat perjanjian perdagangan bebas Asean. Artinya, pajak yang bisa dikenakan sangat kecil maksimal 0,5%. "Jangan sampai penerapan pajak tambahan malah memicu penyelundupan," kata Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×