kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Semester II, sektor makanan dan minuman bergantung belanja dan stimulus pemerintah


Senin, 10 Agustus 2020 / 18:26 WIB
Semester II, sektor makanan dan minuman bergantung belanja dan stimulus pemerintah
ILUSTRASI. Warga memlih makanan dan minuman saat berbelanja di Pasar Swalayan di Bandung, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/ama.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

“Kalau sampai industri makanan dan minuman sampai ikut terdampak, berarti sudah gawat krisisnya,” kata Armin kepada Kontan.co.id, Senin (10/8).

Sementara itu, Direktur Keuangan Sido Muncul Leonard menjelaskan, pertumbuhan penjualan segmen makanan dan minuman perusahaan didorong oleh penjualan produk-produk seperti jahe, kopi jahe, dan vitamin C yang memang memiliki khasiat untuk kesehatan. Kebetulan, produk-produk tersebut masuk ke dalam kategori makanan dan minuman dalam pembukuan SIDO.

Menurut Leonard, permintaan produk-produk yang demikian cukup tinggi lantaran minat masyarakat terhadap produk-produk mamin yang memiliki khasiat baik untuk kesehatan meningkat seiring mewabahnya pandemi. Di sisi lain, pertumbuhan segmen makanan dan minuman diduga juga dipicu oleh kehadiran produk-produk baru yang diluncurkan perusahaan.

“Setiap tahun kami memang menargetkan bisa meluncurkan 2-3 produk/varian baru, baik di segmen makanan minuman, jamu herbal dan suplemen, maupun farmasi. Sampai Juni ini, di tahun 2020 kami sudah keluarkan 14 produk/varian baru,” kata Leonard kepada Kontan.co.id, Senin (10/8).

Ke depannya, sektor industri mamin dipercaya masih memiliki prospek yang positif. Armin bilang, pertumbuhan di sektor mamin akan didorong oleh aktivitas ekonomi yang mulai kembali bergeliat secara perlahan di era normal baru (new normal) serta stimulus dari pemerintah dalam bentuk program bantuan sosial tunai yang dicanangkan pemerintah.

Kedua hal itu, menurut Armin akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga konsumsi masyarakat khususnya di sektor mamin bisa terungkit. Proyeksi ini dirumuskan atas dasar asumsi bahwa penanganan wabah corona di Indonesia bisa berjalan di bawah kendali. Itulah sebabnya, STTP sejauh ini masih berpegang pada target pertumbuhan penjualan sebesar 10% dibanding realisasi tahun sebelumnya pada tahun ini.

Baca Juga: Perry Warjiyo: Ada tiga pelajaran yang bisa dipetik dari Covid-19

Senada, Adhi mengatakan bahwa prospek industri mamin di semester kedua akan sangat bergantung pada daya beli masyarakat yang dipengaruhi oleh realisasi belanja pemerintah, pencairan gaji ke-13 untuk aparatur sipil negara (ASN), serta stimulus-stimulus seperti bantuan sosial tunai dan bantuan pemerintah untuk pengusaha UMKM.

Menurut Adhi, ketika faktor-faktor pendorong tersebut terpenuhi, industri mamin akan menjadi salah satu industri yang paling cepat merasakan efek positif realisasi belanja dan stimulus dari pemerintah lantaran berhubungan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Sampai tutup tahun nanti, Adhi memperkirakan industri mamin akan tumbuh di kisaran 1%-2% dibanding tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×