kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sempat melar, harga karet mengkerut lagi


Selasa, 24 Mei 2016 / 12:50 WIB
Sempat melar, harga karet mengkerut lagi


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Kenaikan harga karet di pasar global terrnyata hanya berlangsung singkat. Euforia petani dan pelaku industri karet alam karena harga karet kembali melar tampaknya harus diakhiri.

Lihat saja, pada pekan ketiga Mei 2016 ini, harga karet global berada di level US$ 1,5 per kilogram (kg) atau turun dari harga pada April lalu yang sempat menyentuh US$ 1,8 per kg. Tak pelak, penurunan harga ini langsung dirasakan oleh petani karet. 

Harga jual karet mereka yang sempat berada di level Rp 8.000 per kg kembali merosot ke harga Rp 5.000 - Rp 6.000 per kg.

Rontoknya harga karet global ini disinyalir sebagai dampak permainan spekulan yang kembali mengguyur stok karet ke pasar global, meskipun  telah ada komitmen untuk pembatasan ekspor karet dari tiga produsen karet, yakni Indonesia, Thailand, dan Malaysia hingga 31 Agustus 2016. 

Ketua Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkrindo) Lukman Zakaria mengatakan seharusnya harga karet tidak jatuh kalau pemerintah meningkatkan penyerapan karet dalam negeri sehingga ekspor benar-benar dibatasi. 

Namun, yang terjadi justru pemerintah masih mengandalkan ekspor sebagai pasar utama karet, sehingga harga karet rentan dipermainkan spekulan global. 

"Ini permainan para spekulan yang hanya mencari keuntungan sesaat dan sudah pernah terjadi sebelumnya," ujar Lukman kepada KONTAN, Senin (23/5).

Lukman menyatakan, ketika harga karet mulai melonjak, petani karet berharap harga karet bisa kembali ke tingkat idealnya, yakni sebesar Rp 12.000 per kg. Namun faktanya, harga karet hanya mampu mencapai separuh dari target tersebut. 

Janji pemerintah untuk menyerap karet sebanyak 500.000 ton untuk pembangunan infrastruktur tahun ini tak juga mampu menahan laju penurunan harga karet. Oleh karena itu, cara satu-satunya menghadap anjloknya harga karet adalah meningkatkan pembangunan industri hilir karet dalam negeri. 

Ketua Umum Dewan Karet Indonesia Azis Pane menambahkan, rendahnya harga karet di tingkat petani juga tak hanya disebabkan penurunan harga karet global. Tapi, panjangnya rantai pasokan karet yang membuat harga di tingkat petani anjlok. Selain itu, produktivitas petani karet juga belum membaik karena tak ada peremajaan kebun.

Asal tahu saja, saat ini, produktivitas kebun karet petani masih di bawah 1 ton per hektare (ha). Padahal, pemerintah menargetkan produktivitasnya bisa 2 ton per ha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×