kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sentra kelautan & perikanan terpadu di Mimika berdampak positif ke ekonomi masyarakat


Selasa, 04 Februari 2020 / 09:38 WIB
Sentra kelautan & perikanan terpadu di Mimika berdampak positif ke ekonomi masyarakat
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), KKP, Agus Suherman


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kabupaten Mimika, Papua, yang berlokasi di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Paumako, dan dibangun sejak 2016 terus menunjukkan perkembangan dan dampak positif terhadap ekonomi perikanan masyarakat setempat.

Keberadaan SKPT ini telah menjadi daya tarik bagi kapal-kapal ikan berukuran besar untuk singgah dan melakukan aktivitas bongkat muat hasil perikanan.

Baca Juga: Usai evakuasi WNI dari Wuhan, pesawat Batik Air disterilisasi

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), KKP, Agus Suherman mengatakan, hadirnya SKPT Mimika ini telah memberikan dampak positif dan memiliki efek berganda (multiplier effect) bagi kegiatan ekonomi di sekitar pelabuhan..

"Perkembangan yang menarik bahwa dari SKPT Mimika ini sudah berhasil melakukan ekspor produk kepiting ke beberapa negara, yaitu Malaysia dan Singapura," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (4/2).

Agus menjelaskan, pada bulan Desember 2019 telah diekspor sebanyak 476 ekor ke Singapura senilai Rp 133,28 juta dan 120 ekor ke Malaysia dengan nilai Rp 33,6 juta. Sementara, pada awal Januari 2020 juga telah di ekspor sebanyak 1.380 ekor kepiting hidup ke Malaysia dengan nilai Rp 386,4 juta.

Sementara, catatan produksi ikan selama periode 2016-2019 di SKPT Mimika juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika mencatat volume produksi di SKPT Mimika pada tahun 2016 hanya sebesar 4.907 ton, kemudian pada tahun 2018 mengalami peningkatan secara signifikan menjadi 20.587 ton, dan sampai bulan November 2019 saja produksinya sudah mencapai 23.999 ton.

Dalam kesempatan peninjauan operasional SKPT Mimika pada Rabu (29/01) lalu, Agus berkesempatan melihat langsung pemanfaatan bantuan pemerintah yang sudah diberikan.

Baca Juga: Menhub Budi: Pengawasan di seluruh jalur bandara maupun pelabuhan telah diperketat

Setidaknya, Pemerintah melalui KKP telah memberikan bantuan, antara lain berupa kapal penangkap ikan beserta alat tangkapnya, cool box, sarana pengolahan, chest freezer, ice flake machine, gudang beku kapasitas 100 dan 200 ton, kendaraan berpendingin, mobil crane, serta fasilitas tambat labuh kapal kecil.

"Dari laporan dan hasil pengamatan secara langsung, bantuan-bantuan yang kita berikan sudah termanfaatkan secara optimal," ujar Agus Suherman.

Pemanfaatan bantuan oleh nelayan, seperti kapal dan alat penangkap ikan telah berkontribusi dalam menambah volume tangkapan sebesar 14,04 ton pada periode Desember 2018 sampai dengan Agustus 2019.

Lebih lagi bantuan tersebut mendorong peningkatan pendapatan rata-rata penerima bantuan sebesar Rp 2 juta per bulan. Awalnya pada musim udang, nelayan hanya menerima pendapatan sekitar Rp 2,5 juta - Rp 3 juta dan setelah menggunakan bantuan kapal dan alat penangkap ikan menjadi sekitar Rp 4,5 juta - Rp 5 juta per bulan.

Menurut Agus, keberadaan SKPT Mimika telah mampu mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat yang sudah mulai berjalan di PPI Pamaoko.

Baca Juga: Impor garam industri tahun 2020 meningkat mencapai 2,9 juta ton

"Saat ini, sudah ada 3 pelaku usaha (offtaker) yang menampung hasil tangkapan nelayan yaitu Koperasi Perikanan Mbiti, UD. Arafura dan BUMN Perikanan  PT. Perikanan Nusantara (Perinus). Untuk Koperasi Mbiti selain sebagai offtaker juga sudah menjual es hasil dari Ice Flake Machine. Koperasi ini juga secara kontinyu telah melakukan ekspor udang dari hasil tangkapan nelayan sekitar,” terang Agus.

Agus menambahkan bahwa, Ikan dari nelayan sudah bisa dibeli dengan harga yang lebih bagus. Contoh ikan Mackerel yang sebelumnya Rp 5.000 Rp 6.000 per kilogram,  sekarang mampu dibeli oleh BUMN perikanan Perinus dan Koperasi seharga Rp 8.000 sampai Rp 9.000 per kg.

Baca Juga: Antisipasi penyebaran virus corona, Pelindo I perketat pemeriksaan pelabuhan

Untuk BUMN Perikanan PT. Perinus, saat ini telah merampungkan dokumen perizinan dan sementara proses sertifikasi ekspor hasil perikanan, sehingga dalam waktu dekat ini akan siap ekspor produk perikanan seperti : ikan pelagis kecil, ikan demersal, loin beku, loin segar, kepiting hidup dan udang beku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×