Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli
Dari sisi pengguna EBT, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan bahwa saat ini beberapa kebun sawit sudah menggunakan listrik EBT dari Methane Capture.
"1 MW tergantung besarnya kebun, karena selain untuk pabrik juga untuk perumahan karyawan dan kantor," kata Eddy kepada Kontan, Selasa (13/8).
Sementara itu, dari sektor tekstil. Divisi Sustainability Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rahmat mengakui bahwa REP cukup membantu dalam upaya dekarbonisasi di industri garmen dan cukup membantu untuk meyakinkan pembeli terhadapm komitmen perusahaan dalam pengurangan emisi.
"Untuk kebutuhan EBT saat ini untuk sektor TPT lebih utama bagi sektor hulu yaitu fiber dan sektor hilir yaitu garmen," kata Rizal kepada Kontan, Selasa (13/8).
Ketua Indonesian Center for Renewable Energy Studies (ICRES) Surya Darma mengatakan, memang sudah banyak perusahaan internasional pada saat ini yang sudah punya komitmen untuk menggunakan energi terbarukan dalam berbagai kegiatan produksinya.
Perusahaan itu adalah perusahaan yang masuk dalam kelompok RE100, yaitu perusahaan yang punya kewajiban menggunakan 100% listrik dari energi terbarukan dalam kegiatannya dan menggantikan energi fosil secara keseluruhan.
Baca Juga: Pendapatan Kompak Tergerus, Cermati Rekomendasi Saham Emiten EBT
"Sebut saja kelompok perusahaan inisiatif RE100 itu seperti Coca Cola Amatil, Google, Apple, LG, Microsoft, IKEA, dan lain-lain. Karena itu kebutuhan energi terbarukan sebetulnya sudah sangat banyak. Jadi, memang benar, sudah banyak perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pasokan listrik dari EBT," kata Surya kepada Kontan, Selasa (13/8).
Selain perusahaan internasional, kata Surya, perusahaan di Indonesia mulai beralih ke pasokan listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT). Faktor yang mendorong tren ini adalah karena adanya kebijakan lingkungan yang menyebabkan tekanan dari pemerintah dan konsumen untuk mengurangi emisi karbon semakin kuat.
"Karena itu, makin banyak perusahaan ingin menunjukkan komitmen mereka terhadap pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, ada juga peraturan internasional tentang pemberlakuan pajak karbon di beberapa negara dengan mengeluarkan produk yang dihasilkan dengan menggunakan energi bersih lebih kompetitif di pasar global," ungkapnya.
Baca Juga: Geber EBT, PLN Memangkas Proyek PLTU
Untuk itu, peningkatan permintaan listrik EBT dari industri mendorong peningkatan pasokan. Saat ini jelas terlihat dari penambahan-penambahan kapasitas pembangkit EBT yang dibangun pemerintah dan swasta.
Selain itu, lanjut Surya, peningkatan penggunaan energi terbarukan juga terjadi dalam bidang industri. Banyak industri besar mulai mengadopsi energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energinya.
"Pemerintah Indonesia memiliki berbagai program untuk mendorong pengembangan EBT, seperti promosi, pemberian insentif fiskal dan kemudahan perizinan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News