kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Siapa di balik Evita Manunggal?


Senin, 13 Juni 2016 / 10:41 WIB
Siapa di balik Evita Manunggal?


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Nama PT Evita Manunggal mencuat beberapa hari ini setelah mendapat kuota impor daging sapi beku sebanyak 9.000 ton dari Kementerian Perdagangan (Kemdag).Meski begitu, tidak sedikit pihak yang meragukan Evita Manunggal mampu menurunkan harga daging sapi di pasaran.

Maklum, perusahaan  ini terbilang pemain baru. Apalagi, konon, pemberian izin impor kepada Evita Manunggal tidak berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Pertanian (Kemtan).

Hasil penelusuran KONTAN, kuota impor Evita Manunggal turut menyeret nama politikus dan pengusaha Oesman Sapta Odang. Oesman bukan nama baru di pemerintahan maupun bisnis. Selain menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Oesman merupakan pemilik OSO Group yang bisnisnya menggurita, mulai dari percetakan, pertambangan, air mineral, properti, perkebunan, perikanan, transportasi, komunikasi, sampai perhotelan.

Sabtu (11/6), Oesman sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menggelar Bakti Partisipasi HKTI "Daging Sehat dan Murah" di Masjid Baiturrahman, Jalan Dr. Sahardjo, Menteng Selatan, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut HKTI menjual 1.000 ton daging sapi bekerjasama dengan Evita Manunggal dengan harga Rp 75.000 per kilogram (kg), jauh lebih murah dari harga daging sapi di pasaran saat ini.

Namun, Oesman membantah memiliki keterkaitan dengan Evita Manunggal. "Saya tidak pernah menjadi pemiliknya," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (12/6). Oesman bilang, pemilik Evita Manunggal bernama Nur, yang merupakan pemain lama di bisnis peternakan sapi. Pernyataan tersebut sekaligus membantah keraguan banyak pihak yang menyebut Evita merupakan pemain baru. "Yang bilang begitu pasti pelaku kartel," ujar Sapta.

Meski begitu, Oesman mengakui, dirinya ikut dalam pertemuan antara Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dan pemilik Evita Manunggal. Pertemuan tersebut terjadi di Jakarta sekitar dua bulan lalu.  

Dalam pertemuan itu, diputuskan Evita Manunggal mendapat kuota impor daging sapi beku. Sayang, Oesman tak menjelaskan rinci mengenai proses pemberian izin impor kepada Evita Manunggal.

Ragu harga bisa turun

Berdasarkan berita KONTAN sebelumnya, Kemdag menerbitkan izin impor kepada Evita Manunggal, antara lain secondary cuts sebanyak 5.200 ton, manufacturing sebanyak 800 ton, prime cut sebanyak 900 ton, variety sebanyak 1.100 ton, dan karkas sebanyak 1.000 ton. Maka total izin impor daging sapi yang diperoleh Eva Manunggal sebesar 9.000 ton.

Penunjukan Evita Manunggal tersebut pun memicu kontroversi. Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Importir Daging Sapi Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring bilang, Evita Manunggal merupakan pemain baru. "Mereka bukan anggota Aspidi," tegasnya.

Thomas pun mempertanyakan pemberian izin impor kepada Evita. Pasalnya, importir daging harus memenuhi persyaratan memiliki gudang serta alat transportasi sendiri, sehingga pemain baru akan butuh waktu untuk memenuhi persyaratan tersebut.

Keraguan serupa juga datang dari Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf. "Saya dengar mereka memang pemain baru," ujarnya.

Padahal, menurut Rochadi, mengimpor daging sapi saja tidak cukup, tapi butuh jaringan sampai ke pedagang yang akan memasarkan daging tersebut. Bila importir tersebut tidak ada jaringan distribusi sampai ke pasar, maka bisa diprediksi upaya pemerintah untuk menurunkan harga daging akan gagal lantaran tidak produk tak sampai konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×