Reporter: Merlinda Riska | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Produsen kosmetika, PT Martina Berto Tbk menyiapkan belanja modal sebesar Rp 50 miliar tahun ini. Rencananya, dana itu akan digunakan untuk mempersiapkan teknologi dan mesin di pabrik baru yang berlokasi di Cikarang.
Sekretaris Perusahaan Martina Berto, Desril Muchtar bilang, sebenarnya, pabrik di Cikarang sudah dibangun tahun lalu. Nah, tahun ini, perusahaan berkode saham MBTO ini akan memasang teknologi sekaligus menyiapkan pengoperasian mesin di pabrik. "Kami targetkan, pabrik Cikarang bisa beroperasi pada semester II tahun ini," ungkap Desril, Kamis (7/2).
Nantinya, pabrik ini akan memproduksi herbal dan jamu, juga natural ingridients color cosmetic. Dengan beroperasinya pabrik baru ini, nantinya, kapasitas produksi jamu meningkat menjadi 280 ton sampai 290 ton per tahun. Saat ini, kapasitas pabrik masih sekitar 250 ton setahun.
Meski kontribusi penjualan jamu masih single digit atau di bawah 10% bagi pendapatan perusahaan, namun dengan adanya pabrik baru setidaknya bisa mempermudah perusahaan melakukan inovasi produk baru.
Sayang, Desril belum mau membocorkan rencana inovasi produk tersebut. Yang jelas, pemegang merek dagang Sariayu ini masih akan tetap memperkuat portofolio produk colour cosmetic. Maklum, Desril bilang, tahun lalu sekitar 50% pemasukan perusahaan disokong produk tersebut. "Apalagi produk colour cosmetic kami menempati posisi nomor dua dalam pangsa pasar domestik," ungkapnya.
Sedangkan produk skin care dan body care berkontribusi 20%, hair care 11%, manucaturing sekitar 5%, dan sisanya disumbang dari penjualan shower care serta jamu dan herbal.
Direktur Utama Martina Berto, Bryan Tilaar mengatakan, tahun lalu perusahaan meraih kenaikan pendapatan sekitar 10%-11% dibanding tahun sebelumnya. Pada 2011, Martina Berto berhasil meraup pendapatan Rp 648,38 miliar. Artinya, pendapatan di 2012 bisa mencapai Rp 720 miliar. "Pertumbuhan kami melebihi industri yang hanya tumbuh 7%-7,5%," ujarnya.
Menurut Bryan, kinerja yang bagus berkat pesatnya pertumbuhan penjualan di Indonesia Timur, yaitu mencapai 50%. Memang, sejak 2011, perusahaan mulai aktif menjaring konsumen di Indonesia Timur.
Tak heran, tahun ini Martina Berto akan semakin agresif menggarap pasar ini. Caranya, dengan menambah jumlah channel dan promosi hingga ke wilayah kabupaten.
Adapun tahun ini, Desril menargetkan pertumbuhan pendapatan 15%-17%. Demi mengejar target itu, pihaknya juga akan mengerek ekspor sebesar 15%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News