Reporter: Handoyo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Keputusan pemerintah Amerika Serikat (AS) menolak memakai crude palm oil (CPO) untuk biofuel tidak menjadi kekhawatiran khusus bagi pengusaha kelapa sawit. Namun begitu, keputusan AS menolak memakai CPO itu dikhawatirkan memperburuk citra CPO di mata dunia.
Tofan Mahdi, Head of Public Relation PT Astra Agro Lestari TBK (AALI) bilang, penolakan pemakaian CPO oleh AS itu tidak akan mempengaruhi bisnis kelapa sawit di Indonesia. "Namun secara pencitraan, itu cukup berpengaruh," kata Tofan, kemarin (30/1).
Tofan mengaku, kebijakan AS itu juga tidak akan mempengaruhi bisnis kelapa sawit perusahaan. Sebab, "penjualan kami relatif kecil untuk pasar ekspor," kata Tofan.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki). Namun begitu, ia berharap pemerintah segera mengklarifikasinya. "Harus ada klarifikasi secepatnya," harap Fadhil.
Berdasaran data Gapki, pasar ekspor CPO ke Eropa dan AS hanya 20% dari total ekspor, itupun yang terbesar ke Eropa. Sementara ekspor ke pasar Asia terutama India dan China mendominasi pangsa ekspor hingga 50%, sisanya pasar Afrika, dan Timur Tengah.
"Ekspor CPO kita ke Amerika hanya sekitar 62.000 ton saja," ujar Fadhil. Meskipun masih relatif kecil, namun menurutnya hal itu bisa menjadi kerikil yang menghambat kinerja ekspor CPO Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News