Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri minyak dan gas bumi saat ini menghadapi tantangan berat akibat pandemi Covid-19, pelemahan permintaan (demand), kelebihan pasokan (oversupply) migas, penurunan harga minyak yang rendah sejak awal 2020, dan fluktuasi nilai tukar dolar Amerika Serikat yang mempengaruhi kegiatan operasi perusahaan.
Di tengah kondisi triple shock tersebut, Subholding Upstream PT Pertamina (Persero) tetap dapat menjaga produksi dan lifting serta melanjutkan eksplorasi, pengembangan, dan inovasi-inovasi demi menjaga produksi dan lifting.
Kinerja operasional 2020, Sektor Hulu Pertamina telah menjalankan proyek eksplorasi yang terdiri dari 31.852 km Seismik 2D, 755 km2 Seismik 3D, dan 9 pengeboran sumur eksplorasi. Selain itu, dilakukan pula pengeboran 233 sumur pengembangan.
Baca Juga: Pertamina pastikan banjir yang melanda Jakarta dan Karawang tidak ganggu pasokan BBM
Whisnu Bahriansyah, Corporate Secretary PT Pertamina Hulu Energi sebagai subholding upstream mengatakan, tantangan menjalankan operasi di masa pandemi Covid-19 cukup tinggi.
Selain harus memastikan sisi operasional berjalan lancar, pihaknya juga harus memastikan protokol pencegahan Covid-19 dijalankan secara konsisten untuk keselamatan pekerja.
Subholding Upstream Pertamina menjalankan beberapa proyek pengembangan. Beberapa di antaranya masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), seperti proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) yang dioperasikan PT Pertamina EP Cepu (PEPC) di Jawa Timur.
"Total ada 6 sumur Pengembangan, 4 di Jambaran East dan 2 di Jambaran Central, semuanya telah rampung dilakukan tahapan Well Testing," kata Whisnu dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Selasa (23/2).
Proyek Jambaran Tiung Biru berhasil menerapkan inovasi perforasi secara rigless dengan Smart Coiled Tubing Unit pada 22 September 2020. Ini pertama kali di dunia dilakukan ACTive Distributed Temperature Sensing (DTS) untuk mengetahui zonal contribution di interval produksi 800 ft dengan kandungan CO2 dan H2S tinggi disertai laju produksi yang tinggi.
“Ini pertama kali di Indonesia, one-trip long perforation dengan interval 800 ft menggunakan teknologi ACTive CIRP. Uji produksi berhasil secara aman dengan laju produksi melebihi 60 MMSCFD dengan kandungan H2S hingga 8.000 ppm dan CO2 mencapai 25%,” ungkap Whisnu.
Sedangkan proyek pengembangan lapangan KLD di Lepas Pantai Utara Jawa Barat yang dijalankan PHE ONWJ telah On Stream pada awal tahun 2021 dengan pencapaian sekitar 1,16 juta jam kerja aman dan sudah mulai memproduksi gas sekitar 15 MMSCFD.
Sementara itu, PHE WMO berhasil melakukan reaktivasi anjungan PHE 12 yang berada 50 km dari bibir pantai Kabupaten Bangkalan, Madura. Anjungan PHE-12 yang terdiri dari 2 sumur yaitu PHE-12 A1 dan PHE-12 A3, berhasil start up pada bulan November 2020. Proyek ini diharapkan dapat menambah produksi migas sebesar 1.000 BOPD bagi PHE WMO.
Baca Juga: Pertamina lakukan pemancangan perdana proyek RDMP RU VI Balongan fase 1
Pelaksanaan project strategis nasional dilakukan oleh Subholding Upstream Pertamina secara OTOBOSOR atau on time, on budget, on schedule, dan on return dalam rangka memberikan kontribusi bagi ketahanan energi nasional.
Selain kinerja operasi, sepanjang 2020 Subholding Upstream Pertamina juga memperoleh beberapa penghargaan bergengsi di bidang lingkungan.
Salah satunya berhasil memperoleh 29 Penghargaan PROPER melalui anak usahanya yaitu 6 PROPER Emas untuk PHE Jambi Merang, PHE WMO, JOB Tomori, PEP Aset 3 Subang field, PEP Aset 3 Tambun Field dan PEP Aset 1 Rantau field, serta 23 PROPER Hijau dari anak perusahaan lainnya.
“Apresiasi dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua stakeholders atas dukungan kepada Subholding Upstream Pertamina, sehingga proyek dan program yang dijalankan dapat berjalan lancar dengan tetap mengutamakan keselamatan melalui penerapan protokol Covid-19," pungkas Whisnu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News