Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi, PTPP Tbk (PTPP) dan sejumlah anak usaha cenderung defensif dalam menjalankan fokus bisnis di tahun ini. Tapi, PTPP tetap mengucurkan belanja modal yang cukup besar.
"Realisasi anggaran capex sampai dengan semester I/2020 sebesar Rp 1,5 triliun dan proyeksi capex di semester II mencapai Rp 1,44 triliun, sehingga total rencana penyerapan capex di tahun 2020 sebesar Rp 2,94 triliun," kata Sekretaris Perusahaan PTPP Yuyus Juarsa, Jumat (4/9).
Sementara realisasi capex PTPP dan sejumlah anak usaha sampai dengan Juni 2020 sebesar Rp 1,49 triliun, dengan rincian, PTPP (Induk): 29%, PPRO: 19%, CPI: 18%, PPRE: 12%, PPSD: 8%, PPIN: 6%, Colomadu: 4%, PPEN: 2%, dan PPUB: 2%. "Pendanaan capex berasal dari equity sendiri (sisa dana PMN, sisa rights issue dan lain-lain), divestasi dan sumber lainnya," ujar dia.
Baca Juga: Ini alasan PTPP gelontorkan pinjaman untuk anak usaha
Yuyus menyebut, PTPP juga baru saja menyelesaikan revisi RKAP tahun 2020. Tahun ini PTPP membidik target kontrak baru Rp 25,53 triliun. Hingga Juli 2020, emiten ini membukukan kontrak baru senilai Rp 10,05 triliun, di antaranya Refinery Development Master Plan (RDMP) joint operation senilai Rp 1,80 triliun dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Pekanbaru Rp 1,26 triliun.
Itu belum termasuk anggaran Bogor Apartment sebesar Rp 1,17 triliun, sirkuit Mandalika Rp 817 miliar, Sport Centre Banten Rp 794 miliar, SGAR Alumina Rp 660 miliar, RDMP reguler Rp 576 miliar, serta proyek Jalan Kendari-Toronipa Rp 412 miliar.
Selain itu, PTPP menurunkan target penjualan menjadi 17 triliun yang awalnya sebesar Rp 28 triliun. Target laba bersih PTPP diturunkan dari semula Rp 1,4 triliun menjadi Rp 122 miliar.
Yuyus memastikan, revisi target kinerja ini telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham mayoritas. Meski begitu, pihaknya optimistis akan mengalami kenaikan signifikan pada tahun 2021 mendatang.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) meraih pendapatan tertinggi tapi turun paling dalam
Strategi di tengah pandemi
Yuyus mengatakan, pihaknya berfokus pada cash flow leadership atau fokus market pada pemilik proyek yang memiliki kepastian pendanaan. Emiten BUMN ini juga mereorganisasi manajemen lewat merger atau likuidasi pada beberapa unit/divisi untuk menjadi lebih ramping dan efisien. Selain itu restrukturisasi utang anak usaha selama masa pandemi.
Selanjutnya, divestasi untuk memperoleh pendanaan bagi investasi baru dan meningkatkan likuiditas. Emiten konstruksi pelat merah ini menargetkan untuk mendivestasikan empat aset yaitu, Tol Pandaan Malang dengan kepemilikan PTPP di 35% dan target mendivestasikan sebesar 20%, Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi share kepemilikan PTPP sebesar 15%, Pelabuhan Kualatanjung share kepemilikan PTPP sebesar 25%, Tol Cisumdawu share kepemilikan PTPP sebesar 14%.
Strategi lain adalah tight money policy yakni melakukan efisiensi cash out-cost reduction untuk perbaikan kinerja bisnis yang efektif dan high-suvival dengan melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya usaha. PTPP juga selektif dan mengurangi belanja modal. PTPP juga lebih berfokus dalam menyelesaikan proyek investasi carry over dan selektif dalam pemilihan proyek investasi baru.
Baca Juga: Pendapatan tertinggi di antara BUMN karya, Waskita Karya (WSKT) justru merugi
Selanjutnya, "Di masa pasca pandemi, perusahaan akan menerapkan strategi offensif yang berfokus pada, ekspansi market yaitu manajemen menargetkan kontrak baru yang berasal dari luar negeri. Saat ini PTPP sedang mengikuti tender proyek infrastruktur di Brunei, Filipina dan Malaysia," ujar Yuyus kepada kontan.co.id, Jumat (4/9).
Selain itu, intensifikasi/percepatan inovasi & teknologi (IT) untuk meningkatkan kinerja biaya, mutu, dan waktu proyek. PTPP juga melakukan sinergi dengan BUMN lain lebih baik & intensif untuk meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan. PTPP juga berkolaborasi dengan investor luar negeri untuk mendukung pembiayaan proyek, terutama pada proyek investasi.
PTPP melakukan diversifikasi yang sejalan dengan bisnis utama, menambah lini usaha perusahaan dengan melakukan penetrasi ke market baru ataupun dengan menambah variasi lini produk yang sejalan dengan bisnis ini perusahaan.
PTPP juga tengah melakukan transformasi bussines line. Perusahaan konstruksi ini melakukan merger, likuidasi atau pengkajian ulang lini bisnis serta melakukan divestasi bisnis yang tidak sesuai dengan bisnis inti atau rencana jangka panjang perusahaan. PT PP memperbesarkan portofolio EPC kontraktor terutama di bidang energi dan mineral, memprioritaskan pada proyek-proyek dengan sumber pendanaan APBN, APBD dan capex BUMN, dan selective investment, yaitu investasi fokus kepada proyek-proyek yang memang memiliki captive market yang jelas dan memiliki backstop dukungan pemerintah.
Yuyus menyampaikan, tahun ini PTPP fokus pada investasi strategis yang sudah berjalan, antara lain, Jalan Tol Desari, Jalan Tol Balikpapan-Samarinda, Jalan Tol Manado-Bitung, Rest Area Batang, Semarang Demak, Centurion, Celebes (Makassar Pare-pare), dan selective investment.
Selanjutnya: Emiten BUMN Karya Kurangi Porsi Proyek Turnkey
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News