Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
Dalam catatan Kontan, ADRO mencatat realisasi produksi batubara sebanyak 26,49 juta ton batubara sepanjang semester pertama tahun ini. Capaian tersebut turun 3% dari total produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 27,29 juta ton batubara.
“Dari sisi produksi kami menargetkan 52 juta ton-54 juta ton batubara pada tahun ini,” ungkap Mahardika Putranto, Sekretaris Perusahaan Adaro dalam paparan publik, Senin (6/9).
Penurunan produksi batubara ini turut menurunkan volume penjualan batubara Adaro Energy sebesar 5% menjadi 25,78 juta ton ketimbang semester pertama tahun sebelumnya dengan total 27,13 juta ton batubara. Meski produksi dan penjualan turun, tapi kenaikan harga batubara menyokong kinerja keuangan ADRO.
Adaro Energy mencatat kenaikan pendapatan 15% yoy menjadi US$ 1,56 miliar di semester pertama 2021. Di saat yang sama, emiten ini mengantongi laba inti sebesar US$ 330 juta pada semester pertama 2021. Laba ini naik sekitar 45% ketimbang periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) membidik produksi batubara 54 juta ton
Di sisi lain, PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) memastikan belum ada rencana ekspansi di tengah kenaikan harga batubara saat ini. "Saat ini perusahaan masih fokus untuk mengoptimalkan aset tambang yang ada," ujar Sekretaris Perusahaan SMMT Chrismasari Dewi Sudono ketika dihubungi Kontan, Rabu (8/9).
Chrismasari mengungkapkan, tren positif harga batubara diharapkan dapat berlanjut hingga akhir tahun ini. Hal ini juga dinilai bakal berdampak positif untuk pasar batubara baik domestik maupun ekspor.
Adapun, SMMT mencetak laba bersih sebesar Rp 44,08 miliar di semester I 2021. Torehan laba ini meningkat signifikan ketimbang semester I 2020 dimana SMMT mencatatkan rugi bersih Rp 7,09 miliar. Selain peningkatan laba bersih, pendapatan SMMT terdongkrak 105,9% year on year (yoy) menjadi Rp 180,87 miliar dari raihan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 87,84 miliar.
Chrismasari memastikan, biaya produksi untuk kuartal III diproyeksi tak bakal jauh berbeda dengan periode kuartal II 2021 mengingat tidak ada perubahan komponen biaya yang signifikan. "Jumlah biaya produksi per semester I 2021 mencapai Rp 140 miliar," terang Chrismasari.
Asal tahu saja, memasuki tahun ini SMMT merencanakan alokasi capex tidak lebih dari Rp 20 miliar. Hingga saat ini realisasi capex disebut telah mencapai 25%.
Selanjutnya: Bukit Asam (PTBA) menambah kapasitas angkut batubara jadi 72 juta ton per tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News