Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE) mengaku tengah berfokus pada dua proyek utama di tahun 2025.
Direktur Utama MINE, Ivo Wangarry mengatakan, perseroan tengah menggarap dua proyek tambang nikel di Halmahera dan Morowali, Sulawesi tengah.
Meskipun tidak menyebutkan angka, produksi dari kedua proyek tersebut pada tahun lalu diakui sudah berhasil melampaui target yang ditetapkan.
“Kami akan segera merilis pembaruan produksi dan laporan keuangan tahunan,” ujarnya saat ditemui setelah IPO MINE, Senin (10/3).
Ivo menyebutkan, MINE menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 20% di tahun 2025.
Baca Juga: Resmi Listing di Bursa, Sinar Terang Mandiri (MINE) Catat Oversubscribe 25 Kali
Sementara, pendapatan perusahaan per 31 Agustus 2024 naik 40,8% ke Rp 1,36 triliun. Pada periode sama tahun lalu, pendapatan MINE sebesar Rp 968,05 miliar.
Meningkatnya pendapatan tersebut didorong oleh kenaikan total material movement dari penambangan nikel sebesar 47,0% dari 6,7 juta bank cubic meter (bcm) pada tanggal 31 Agustus 2023 menjadi 9,8 juta bcm pada 31 Agustus 2024.
Menurut Ivo, peningkatan jumlah alat berat setelah IPO ini akan semakin menaikkan kemampuan perusahaan dalam penambangan nikel, sehingga berdampak langsung kepada pendapatan perseroan.
“Program hilirisasi industri nikel di dalam negeri dan meningkatnya kebutuhan dunia terhadap nikel juga akan menjadi peluang bisnis yang baik bagi perusahaan,” tuturnya.
Asal tahu saja, MINE resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), hari ini (10/3). Dalam aksi initial public offering (IPO) ini, MINE catat kelebihan permintaan alias oversubscribe sebanyak 25 kali.
Perusahaan jasa penunjang pertambangan dan penggalian lainnya itu menawarkan sebanyak-banyaknya 612.665.300 (612,66 juta) saham. Jumlah tersebut setara dengan 15% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO, dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Seluruh saham yang ditawarkan terdiri dari saham baru, yang ditawarkan kepada publik dengan rentang harga penawaran Rp 200 sampai dengan Rp 216 setiap saham. Dus, MINE mengantongi dana segar sekitar Rp 132,33 miliar dalam IPO ini.
Setelah dikurangi biaya-biaya emisi, sekitar 48% dari hasil IPO atau setara Rp 63,21 miliar akan digunakan untuk belanja modal alias capital expenditure (capex) pembelian alat berat baru untuk mendukung kegiatan operasional.
Kemudian, sekitar 11% atau setara Rp 14 miliar akan dipakai untuk pembelian aset tetap berupa tanah dan bangunan milik Sinjo Jefry Sumendap, yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama dan Pemegang Saham Pengendali MINE. Sisa dari dana hasil IPO akan digunakan perseroan untuk modal kerja.
“Melalui IPO, MINE akan fokus untuk mengoptimalkan peluang bisnis di sektor pertambangan nikel dengan memperbanyak alat berat yang dapat meningkatkan kegiatan operasional,” papar Ivo.
Selanjutnya: Mudik Gratis BUMN Taspen 2025, Ini Syarat Pendaftaran dan Jadwal Keberangkatan
Menarik Dibaca: Batasi Konsumsi Gula Saat Buka Puasa untuk Penderita Asam Urat, Simak Alasannya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News