Reporter: Gentur Putro Jati |
JAKARTA. Rencana proyek pengembangan Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) oleh PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II terus mendapat perhatian perusahaan internasional; salah satunya adalah SITA Aero. SITA merupakan perusahaan penyedia teknologi komunikasi angkutan udara berbasis di Eropa yang dimiliki oleh 11 maskapai internasional.
Damian Hickey, Regional Vice President Sales and Relationship Management South Asia & India SITA menjelaskan, perusahaannya sangat berminat berinvestasi di Soetta. Menurutnya, SITA sudah menjalin kerjasama dengan AP II sejak Soetta dikembangkan pada 1978 lalu.
"Seluruh fasilitas check in di Soetta itu kami yang bangun. Saat ini kami mendengar kabar bahwa AP II berencana mengembangkan terminal baru dengan kapasitas lebih dari 40 juta penumpang per tahun. Akibat kapasitas terpasang 22 juta penumpang per tahun di bandara tersebut sudah tidak mencukupi. Tahun lalu saja Soetta sudah melayani 39 juta penumpang," kata Damian, Rabu (3/11).
Damian memastikan perusahaannya siap menginvestasikan dana sesuai kebutuhan AP II terutama untuk kebutuhan pengembangan infrastruktur, jasa manajemen penumpang dan pesawat komersial, pengelolaan bandara, serta operasi bagasi dan kargo.
"Saat ini kami belum tahu dana yang disiapkan berapa, karena tergantung kebutuhan AP II. Tetapi kami bisa siapkan dana itu, daripada misalnya AP II harus menyediakan dana. Nanti skema pembayarannya bisa dari bagi hasil pendapatan," jelasnya.
Selain SITA, PT Garuda Indonesia (Persero) diam-diam juga melirik proyek pengembangan Soetta.
Executive Project Manager Garuda Indonesia Joseph Saul mengaku ditugaskan maskapainya untuk mengevaluasi kemungkinan kerjasama pengembangan Soetta dengan AP II. Namun, syaratnya Garuda harus mendapatkan dedicated terminal di Bandara tersebut.
"Saya rasa untuk pendanaan tidak ada masalah. Apalagi pemerintah menginstruksikan dilakukan sinergi antar BUMN. Di luar negeri juga sudah jamak diberikan dedicated terminal untuk suatu maskapai. Katakanlah di Malaysia, AirAsia memiliki terminal khusus low cost carrier. Jadi seharusnya di Indonesia juga bisa," kata Joseph. Sayangnya, lagi-lagi ia enggan menyebutkan dana yang disiapkan Garuda untuk merealisasikan rencana tersebut.
Sebelumnya, Direktur Kebandarudaraan Kementerian Perhubungan Ignatius Bambang Tjahjono menyebut ada konsorsium perusahaan asal Jepang yang berminat investasi di Soetta. Prospek konsorsium Jepang tersebut cukup cerah, mengingat JICA saat ini membantu AP II melakukan studi multiple airport system di Soetta.
Direktur Utama AP II Tri S Sunoko pernah menyebut, bandara tersibuk di Indonesia itu akan dikembangkan sehingga mampu melayani 45 juta penumpang per tahun. Saat ini kapasitas bandara itu baru 22 juta penumpang. Terdiri dari kapasitas terminal 1 dan 2 sebanyak 18 juta dan terminal 3 sebanyak 4 juta penumpang.
"Pengembangan kapasitas terutama dilakukan di terminal 3 menjadi 22 juta penumpang. Pengembangan bandara perlu dilakukan karena dengan pertumbuhan penumpang pesawat minimal 10% per tahun maka dalam waktu lima tahun ke depan Soetta bisa dilalui 60 juta penumpang," kata Tri.
Sekedar informasi, pada Semester I 2010 jumlah penumpang yang terbang dari dan menuju Soetta sebanyak 20,76 juta penumpang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News