kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Smelter Nikel Menjamur, Jokowi Sebut Karena Tidak Direm


Jumat, 31 Maret 2023 / 06:10 WIB
Smelter Nikel Menjamur, Jokowi Sebut Karena Tidak Direm
ILUSTRASI. Tumpukan nikel di atas kapal tongkang di kawasan industri smelter nikel di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (27/2/2023).


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - SOROWAKO. Presiden Joko Widodo meyatakan hilirisasi nikel sudah berjalan dengan sangat baik. Hal ini tercermin dari makin banyaknya pihak yang membangun fasilitas pengolahan (smelter) nikel. Tetapi Jokowi menilai, pembangunan smelter nikel sudah terlalu banyak karena tidak dibatasi. 

“Hilirisasi nikel sudah berjalan. Smelter sudah kebanyakan malah menurut saya, enggak direm,” ujar Jokowi seusai peresmian Taman Kehati Sawerigading Wallacea milik Vale Indonesia, Kamis (30/3). 

Seperti diketahui, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Artinya Indonesia berperan penting dalam penyediaan bahan baku supply-demand nikel global. Berdasarkan data Kementerian ESDM, sumberdaya nikel Indonesia 17,68 miliar ton dan cadangan 5,2 miliar ton. Cadangan nikel sebagian besar tersebar di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. 

Baca Juga: Ini Pesan Jokowi Untuk Investor Asing yang Mau Masuk Investasi Hilirisasi Mineral

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola  Mineral dan Batubara, Irwandy Arif menjelaskan, saat ini produksi nickel pig iron (NPI) mengalami oversupply karena digandrungi para pelaku usaha. Nilai investasi  teknologi pirometalurgi atau Rotary Klin-Electric Furnace (RKEF) relatif lebih murah dibandingkan teknologi HPAL. 

Lubernya produksi NPI di Indonesia memberikan efek domino pada sejumlah hal, salah satunya harga NPI yang akan semakin tertekan. Maka itu pemerintah akan mengendalikan produksi NPI di Tanah Air. 

Perihal pembatasan itu, pemerintah sedang membahas di level antar kementerian. Di sisi Kementerian ESDM, pihaknya sudah mendiskusikan masalah pembangunan smelter pirometalurgi yang memproduksi NPI dan feronikel. 

“Targetnya sedang menunggu data-data secara pasti, dilihat secara komprehensif mulai dari sumber daya cadangan smelternya,” ujar Irwandy. 

Baca Juga: Kongsi Ford Motor, Vale Indonesia, Zhejiang Huayou Garap Bisnis Nikel di Indonesia

Saat ini sudah ada 33 smelter berteknologi pirometalurgi yang telah beroperasi dan menghasilkan hingga 115,45 juta metrik ton NPI. Adapun sebanyak 37 smelter yang akan memproduksi 90,88 juta MT sedang proses konstruksi dan 27 smelter rencana dibangun. 

Irwandy bilang, kalau produksi NPI dan feronikel terus bertambah, otomatis laju konsumsi nikel saprolit lebih tinggi. 

“Sedangkan jumlah cadangan nikel itu 5,5 miliar ton, bisa bayangkan kalau terus begini cadangan habis kalau eksplorasi dan penemuan baru tidak ada. Jadi cukup kritis,” ujar dia. 

Baca Juga: Produsen Otomotif AS Ford Motor Co Masuk Bisnis Hulu Nikel di Indonesia

Maka itu diperlukan pembangunan smelter hidrometalurgi yang menghasilkan produk bahan baku baterai listrik. Tetapi pembangunan smelter hidrometalurgi relatif lebih mahal dibandingkan pirometalurgi. Irwandy bilang, untuk membangun smelter HPAL membutuhkan dana kisaran US$ 1 miliar atau Rp 15 triliun (kurs Rp 15.000 per dolar) bahkan bisa lebih. 

Adapun saat ini masih ada sejumlah kendala dalam pengembangan smelter nikel antara lain masalah pendanaan, pasokan energi, pembebasan lahan, perizinan, dan isu lainnya. 

Irwandy menjelaskan, untuk pendanaan, pemerintah sudah mempertemukan pihak perusahaan dengan perbankan untuk melihat peluang potensi pengembangan smelter nikel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×