Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) tengah tancap gas untuk menuntaskan pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) untuk komoditas timbal dan seng. ZINC menargetkan bisa mengoperasi smeletrnya itu pada akhir Semester I-2019 dan akhir tahun 2020.
Direktur Keuangan Kapuas Prima Coal, Hendra Susanto William menerangkan, saat ini smelter timbal (Pb) sedang dalam tahap verifikasi oleh Surveyor Indonesia. Hendra bilang, progresnya sudah mencapai 99,28%, yang diproyeksikan sudah bisa dilakukan test commissioning pada akhir Semester I tahun 2019.
Hanya saja, Hendra belum bisa memastikan jadwal dari uji coba pengoperasian smelter tersebut. "Beberapa faktor dan lainnya yang masih saling berkaitan dalam pengoperasian smelter timbal ini. Kita upayakan yang terbaik supaya semester 1 2019 ini sudah bisa beroperasional," kata Hendra saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (25/2).
Hendra menyebutkan, smelter ZINC ini merupakan smelter timbal pertama di Indonesia yang direncanakan bisa memproses sekitar 36.000-40.000 ton konsentrat per tahun yang menghasilkan sekitar 20.000 ton timbal bullion per tahun. Adapun, nilai investasi dari smelter timbal ini mencapai sekitar US$ 12 juta.
Harapannya, pengoperasian smelter ini akan berdampak positif pada kinerja bisnis perusahaan. "Untuk segi bisnis kami harapkan smelter timbal ini dapat memberikan kontribusi laba bagi perseroan dengan adanya nilai tambah jual," ungkapnya.
Sementara itu,untuk smelter seng (Zn), Hendra mengatakan bahwa saat ini progresnya mencapai 26,21%. Targetnya, pada tahun ini sudah progres pembangunannya sudah bisa di atas 50%. "Proses penyelesaiannya ditargetkan di akhir tahun 2020," ungkap Hendra.
ZINC merencanakan, smelter seng ini bisa memproses sekitar 55.000 - 60.000 ton konsentrat dalam setahun yang ditargetkan mampu menghasilkan seng bullion hingga 30.000 ton. Nilai investasi dari smeletr ini mencapai sekitar US$ 30 juta.
Hendra mengungkapkan, kebutuhan metal zinc di Indonesia masih 100% impor. Sehingga, produksi dalam negeri metal zinc ini diharapkan bisa menekan total biaya produksi untuk kebutuhan domestik. "Dan dari segi bisnis tentunya akan ada penambahan nilai jual dari segi perseroan terutama ketika dikonsolidasi," ungkapnya.
Lebih lanjut, Hendra pun menerangkan bahwa pasokan untuk kedua smelter tersebut direncanakan masih akan diisi oleh ZINC sendiri. Sementara untuk pasar, Hendra bilang hasil dari smelter ini bisa menyasar pasar domestik dan luar negeri.
"Sejauh ini wacananya masih inhouse dari ZINC sendiri, belum ada wacana dari yang lainnya. (Untuk pasar) bisa doemstik dan internasional tergantung harga jual mana yang lebih menungtungkan," terang Hendra.
Adapun, pada tahun ini, target produksi konsentrat seng sebesar 36.000 ton, sedangkan untuk timbal sekitar 24.000 ton konsentrat. Sementara pada tahun 2018 lalu, ZINC memproduksi 40.147 ton konsentrat seng dan 18.958 ton konsentrat timbal, meningkat dibanding produksi pada tahun 2017 yang sebesar 28.237 ton konsentrat seng dan 13.491 ton untuk konsentrat timbal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News