kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45911,21   9,82   1.09%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Soal standar protokol kesehatan di bioskop, begini penjelasan GPBSI


Jumat, 21 Agustus 2020 / 21:16 WIB
Soal standar protokol kesehatan di bioskop, begini penjelasan GPBSI
ILUSTRASI. Suasana simulasi pembukaan dan peninjauan tempat hiburan bioskop CGV Cinemas di Bandung Electronic Center (BEC), Bandung, Jawa Barat, Kamis (9/7/2020). Simulasi tersebut dilakukan dalam rangka peninjauan kesiapan tempat hiburan bioskop dalam penerapan pro


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GBPSI) memastikan protokol kesehatan yang diberlakukan di tiap jaringan bioskop sudah ketat dan potensi penyebaran virus COVID-19 sangat kecil.

Ketua Umum GPBSI, Djonny Safruddin mengemukakan pihaknya telah menjalankan simulasi kesehatan bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Wishnutama di Bioskop XXI Senayan beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Bisnis MICE berkontribusi 60% bagi pendapatan Dafam Hotel Management (DHM)

Dalam simulasi tersebut, saat masuk pintu bioskop pengunjung wajib menggunakan masker dan yang berusia di bawah 9 tahun dan di atas 60 tahun dilarang masuk, lalu sistem pemesanan dan pembayaran tidak melibatkan sentuhan sama sekali, hingga memasuki ruang teater bioskop pengunjung hanya menunjukkan karcis yang dirobek sendiri, tidak oleh petugas penjaga pintu.

"Di dalam teater juga ada aturan duduk selang seling, penonton menghadap ke arah layar, dan wajib memakai maskernya sepanjang menonton," jelas Djonny saat dihubungi Kontan, Jumat (21/8).

Selesai menonton, ruangan kembali disterilisasi dan dibersihkan. Protokol kesehatan yang ketat juga diberlakukan di area toilet serta cafetaria.

Djonny juga menjelaskan, secara teknis praktik social distancing di bioskop lebih bisa terjaga. Sebab, selain duduk berjauhan, penonton tidak duduk berhadapan dengan orang lain, serta tidak membuka mulut untuk makan dan minum, bersentuhan, serta tidak berbicara saat menonton.

Selain itu, ruang teater di bioskop menggunakan sistem ventilasi udara yang terus difilter, sehingga udara di dalam ruangan terus bersih. Menurut Djonny, teknik ventilasi dan sirkulasi udara ini juga digunakan di kabin pesawat untuk menciptakan udara bersih.

Baca Juga: Ridwan Kamil akan disuntik vaksin virus corona (Covid-19) pada 25 Agustus 2020

"Di ruang bioskop, ada 2 sistem ventilasi ini dinamakan return, sedangkan di pesawat dikenal dengan hepa. Udara yang jatuh, disedot oleh ventilasi, dibersihkan, lalu keluar sebagai udara bersih. Sistem ventilasi di teater bioskop ini sama persis dengan yang digunakan di kabin pesawat, bedanya hanya luas ruangan. Nah, kita lihat sendiri saat ini pesawat aman beroperasi," sambungnya.

Selain itu, ruang bioskop selalu dibersihkan setiap 2 jam atau setiap pemutaran film selesai, sehingga proses sterilisasi juga sering dilakukan.

Ia menyambung lagi, menurut penelitian dari Technical University Berlin, potensi seseorang menghirup udara bersih 0,3% lebih tinggi di bioskop daripada kantor. Sebab, pengunjung tidak banyak membuka mulut dan duduk berhadapan dengan orang lain serta ruang yang terus disterilisasi.

"Di luar negeri sendiri, justru yang menjadi klaster baru COVID-19 adalah pub, ruang karaoke, restauran, gym, dimana orang-orang duduk berhadapan, berkumpul, makan dan minum, hingga bersentuhan dalam beberapa waktu. Ini yang terjadi di Jepang. Tetapi tidak ada kasus yang ditemukan di bioskop," jelasnya.

Djonnya juga berkata, saat ini semua pihak belajar termasuk mempelajari sistem keamanan dari referensi di luar negeri. Seharusnya, pemerintah bisa mempercayai pengusaha bioskop, ikut mengawasi dan mengontrol serta memberikan evaluasi.

Baca Juga: Kombinasi sentimen internal dan eksternal dorong rupiah menguat 0,15% dalam sepekan

"Jika berbicara keselamatan bersama, tentu kami tidak akan main-main. Kita sudah sangat siap dengan simulasi dan protokol kesehatan ini. Yang dikhawatirkan, ini sampai berlarut hingga bioskop tutup permanen. Bangkitnya bisa 10 sampai 15 tahun lagi, padahal peminatnya sendiri selalu lebih dari 75%," jelasnya.

Djonny menutup, selain menjadi bagian dari kebudayaan dan sejarah panjang Indonesia, bioskop juga bermanfaat menjadi penawar kelelahan mental di era pandemi COVID-19. "Kegiatan menonton film juga memberikan perasaan psikologis yang lebih baik, therapeutic dan mengurangi emosi negatif di masa pandemi ini," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×