kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Socfindo tebar bibit sawit ke Afrika


Selasa, 26 Juni 2012 / 07:00 WIB
Socfindo tebar bibit sawit ke Afrika


Reporter: Handoyo, Uji Agung Santosa | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. PT Socfin Indonesia (Socfindo) yakin mampu meningkatkan produksi benih sawit sebesar 11% pada tahun ini. Pertumbuhan produksi didorong oleh makin banyaknya perusahaan perkebunan kelapa sawit yang melakukan penanaman kembali atau replanting dan bertambahnya permintaan ekspor.

Dengan pertumbuhan 11%, produksi benih sawit Socfin Indonesia tahun ini akan menjadi 40 juta benih dari tahun sebelumnya yang sebanyak 36 juta benih. "Permintaan benih sawit dalam negeri ada peningkatan," kata Eko Dermawan, Seed Sales dan Marketing Manager PT Socfin Indonesia, Senin (25/6).

Menurut Eko, walau luas perkebunan sawit di Indonesia tidak menunjukkan peningkatan besar namun permintaan benih sawit tetap tinggi. Permintaan yang tinggi disebabkan banyak perusahaan perkebunan sawit yang melakukan replanting.
Kenaikan produksi benih sawit Socfindo dikarenakan juga peningkatan volume ekspor ke beberapa negara Afrika, seperti Liberia, Kamerun dan Gabon. Untuk pasar ke negara Afrika Barat tersebut, Socfindo menargetkan penjualan 4 juta benih, melonjak dari realisasi tahun lalu yang sebanyak 1,2 juta benih.

Lonjakan permintaan benih di Afrika, menurut Eko, terjadi karena banyak perusahaan sawit di negara itu yang membuka lahan perkebunan baru kelapa sawit. "Ekspansi lahan perkebunan sawit di wilayah Afrika memang masih terbuka," katanya. Benih sawit Socfindo dijual dengan harga Rp 9.500 per benih, sedangkan harga bibit pre nursery Rp 14.000 per bibit.


Socfin Indonesia merupakan perusahaan patungan antara Plantation Nord Sumatra SA asal Belgia dengan Pemerintah Indonesia. Saat didirikan, 60% porsi kepemilikan saham Socfindo dimiliki Plantation Nord Sumatra dan 40% Pemerintah Indonesia.

Pada tahun 2001, perusahaan ini menjalani program privatisasi sehingga kepemilikan saham berubah. Sebanyak 90% saham dimiliki Plantation Nord Sumatra dan Pemerintah Indonesia memiliki 10% saham Socfindo.
Saat ini Socfindo mengandalkan dua lahan pembenihan atau seed garden seluas 400 hektare (ha) di Sumatera Utara. Walau permintaan benih meningkat, hingga kini Socfindo hanya memanfaatkan 20% kapasitas terpasang lahan benih sawit miliknya.

Situs resmi perusahaan tersebut menyatakan, selain bisnis benih sawit, Socfindo juga memiliki sembilan unit pabrik pengolahan kelapa sawit berkapasitas 12- 60 ton tandan buah segar (TBS) per jam. Tidak hanya itu, Socfindo bermain di komoditas karet dengan tiga pabrik crumb rubber di Serdang Bedagai, Asahan dan Labuhan Batu.

Bahan baku karet dihasilkan dari kebun karet seluas kurang lebih 10.000 ha di Sumatera Utara. Socfindo juga memiliki kebun kelapa sawit seluas 38.000 ha yang tersebar di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.

Dwi Asmono, Ketua Forum Komunikasi Produsen Benih Sawit Indonesia, mengatakan, saat ini ada sepuluh produsen benih sawit dengan total produksi diperkirakan mencapai 176 juta benih. Jumlah tersebut meningkat 20% dibandingkan realisasi tahun 2011 sebesar 146,4 juta benih. "Selama tiga tahun belakangan ini, produksi benih sawit nasional trennya mengalami peningkatan," kata Dwi.

Dwi menghitung, tahun lalu ekspor benih sawit Indonesia mencapai 4,8 juta benih. Untuk tahun ini ekspor benih diperkirakan meningkat sekitar 50% menjadi 8,7 juta. Beberapa negara tujuan ekspor benih sawit antara lain Afrika Barat dan Nigeria. Setidaknya ada tiga perusahaan yang melakukan ekspor benih sawit, yakni Socfindo, Bina Sawit Makmur dan Taria Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×