Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Layanan internet Starlink milik Elon Musk disinyalir bakal berekspansi ke Indonesia. Kehadiran pemain bisnis internasional seperti Elon Musk ini tentu saja akan berdampak pada bisnis telekomunikasi di Tanah Air.
Menanggapi wacana ekspansinya Starlink ke Indonesia, Group Head Corporate Communications XL Axiata, Retno Wulan, mengatakan kehadiran Starlink tentunya akan berdampak terhadap bisnis operator di Indonesia karena tidak adanya playing field yang sama antara OTT tersebut dengan operator yang ada.
"Oleh karena itu perlu adanya pengaturan yang lebih kuat dari regulator untuk mengatur layanan yang diberikan oleh pelaku usaha melalui internet (OTT ) baik yang mensubtitusi layanan telekomunikasi maupun layanan OTT lainnya," kata Retno kepada Kontan.co.id, Senin (28/9).
Retno menambahkan, bentuk pengaturan yang kuat tersebut diharapkan menciptakan kerja sama yang fair antara Penyelenggara Telekomunikasi dengan OTT, dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat sebagai pengguna utama.
Baca Juga: Elon Musk Akan Datang ke Jakarta, Ini Dua Agenda Penting yang Dibahas
Sementara itu, SVP-Head of Corporate Communications PT Indosat Tbk (ISAT), Steve Saerang memandang munculnya provider baru pasti akan berdampak pada kompetisi, namun ini merupakan hal yang baik karena dengan semakin banyak provider internet, maka Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial untuk dikembangkan.
"Indosat akan terus mendorong kolaborasi antar pelaku industri dan regulator untuk menciptakan kondisi kompetisi yang sehat," ujar Steve saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (29/8).
Adapun, perusahaan penyedia jaringan internet, MyRepublic, menilai kehadiran Starlink sebagai provider internet berbasis satelit merupakan salah satu jawaban untuk meningkatnya kebutuhan akan akses internet khususnya di wilayah yang mempunyai akses terbatas untuk internet berkecepatan tinggi, seperti yang disediakan layanan berbasis FTTH (fiber to the home).
CEO MyRepublic, Timotius Max Sulaiman menerangkan Starlink dapat menjadi alternatif yang sangat baik untuk mengatasi tantangan konektivitas di daerah-daerah terpencil atau sulit dijangkau oleh infrastruktur kabel tradisional.
Di sisi lain, secara umum, kata Timotius, terdapat beberapa limitasi atas layanan internet melalui satelit. Salah satu di antaranya adalah kapasitas terkait dengan frekuensi satelit yang ada batasnya (tidak unlimited) dan dapat mempengaruhi performa layanan yang ditawarkan, baik dalam hal stabilitas, kecepatan internet, dan juga latency yang kecil, yang saat ini semakin dibutuhkan pengguna internet.
Baca Juga: Elon Musk Dijdawalkan ke Jakarta Bulan Depan, Luhut Beberkan Topik yang Dibahas
Menurut Timotius, dalam konteks regulasi, sangat penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk menciptakan regulasi serta playing field yang adil dan seimbang bagi semua jenis penyedia layanan, baik itu Starlink maupun penyedia layanan internet konvensional lainnya.
"Regulasi yang disusun dengan baik akan memastikan kehadiran Starlink memberikan nilai tambah sebagai penyedia layanan yang melengkapi ekosistem layanan internet di Indonesia," ungkap Timotius saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (29/8).
Timotius menambahkan, pengaturan yang tepat akan mendukung perkembangan semua penyedia layanan dalam lingkungan yang sehat, semua berkembang bersama, dan kompetitif.
Sehingga dengan pengaturan yang tepat, menjawab kebutuhan yang lebih besar, menciptakan akses yang lebih luas dan merata bagi masyarakat Indonesia terhadap internet berkecepatan tinggi di seluruh wilayah Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News