Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menaikkan peringkat PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) atas obligasi dan sukuk yang diterbitkan menjadi Single A (idA) dari sebelumnya yaitu Single A minus (idA-) dengan prospek stabil.
Peringkat ini merefleksikan kinerja ISSP yang memuaskan sepanjang tahun 2023, terutama pada peningkatan EBITDA dan tingkat utang yang terjaga.
Steel Pipe Industry of Indonesia mencatat penjualan sebesar Rp 4,8 triliun sepanjang sembilan bulan tahun 2023, atau naik sebesar 0,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022.
Laba bersih ISSP per kuartal III-2023 tercatat sebesar Rp 363,7 miliar atau mengalami kenaikan 24,2% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 293 miliar.
Baca Juga: Kuartal III 2023, Laba Bersih Steel Pipe Industry (ISSP) Tumbuh 24,2%
"Hal ini berpengaruh pada meningkatnya margin laba perusahaan," ujar Corporate Secretary & Investor Relations ISSP Johanes W. Edward dalam siaran pers yang diterima Kontan, Selasa (14/11).
Dari aspek likuiditas, Steel Pipe Industry of Indonesia telah berhasil meningkatkan porsi kewajiban jangka panjang melalui penerbitan obligasi dan sukuk yang akan berpengaruh positif pada arus kas perusahaan.
Steel Pipe Industry of Indonesia juga berhasil menurunkan biaya keuangan, terlihat pada suksesnya penerbitan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) II Tahap II.
Sementara itu, ISSP mencatatkan Adjusted Debt to EBITDA ratio dan EBITDA to IFCCI ratio sebesar masing-masing 3,2 kali dan 3,9 kali yang juga merupakan perbaikan dari periode sebelumnya. Seluruh pencapaian di atas mencerminkan peningkatan kekuatan keuangan ISSP.
Baca Juga: Permintaan Positif, Steel Pipe Industry (ISSP) Optimistis Penuhi Target Kinerja 2023
ISSP dimungkinkan untuk menaikkan peringkat dengan memperkuat posisi bisnis seperti pertumbuhan pendapatan yang stabil, mempertahankan margin laba, dan memperluas pasar ekspor sebagai perusahaan yang terdepan dalam bisnis manufaktur pipa baja.
Sebaliknya, kebutuhan modal kerja yang tinggi, volatilitas harga baja, dan fluktuasi nilai mata uang asing adalah tantangan yang dihadapi agar dapat mempertahankan peringkat tersebut.
"ISSP selain berkomitmen untuk meningkatkan kinerja operasional juga akan terus memantau tingkat utang yang digunakan untuk pembiayaan capex dan kebutuhan modal kerja agar metrik kredit tidak melemah," tandas Johanes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News