Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga jagung diperkirakan akan terus melambung seiring dengan menipisnya stok jagung dunia. Bahkan, kenaikan harga jagung diprediksi lebih tinggi dari harga gandum.
Berdasarkan data Bloomberg, harga jagung untuk pengiriman Juli 2011 ada di level US$ 7,61 per bushel. Harga jagung sempat menyentuh level tertingginya di US$ 7,81 per bushel pada Senin (11/4).
Abah Ofon, Analis Komoditas Standard Chartered plc Singapura seperti dikutip Bloomberg Senin (25/4) meramalkan, harga rata-rata jagung akan mencapai US$ 8 per bushel hingga September 2011. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan harga gandum yang diperkirakan harga rata-ratanya akan mencapai US$ 7,7 per bushel.
Kenaikan harga jagung ini disebabkan karena tingginya permintaan jagung. Seperti diketahui, saat ini jagung tak hanya digunakan sebagai bahan pangan dan pakan ternak.
"Permintaan jagung untuk dikonversi menjadi etanol semakin besar karena saat ini harga minyak dunia terus melambung. Harga jagung di dalam negeri pun akan tetap stabil tinggi di atas Rp 3.000 per kg, ," kata Sekretaris Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola.
Dewan Biji-bijian Internasional menyatakan, cadangan jagung internasional akan terus merosot menjadi 111 juta ton pada periode 2011 - 2012 nanti. Jumlah ini setara dengan 13% dari konsumsi dunia.
Berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat, jumlah cadangan jagung ini adalah cadangan terendah sejak tahun 1974. Departemen Pertanian AS juga menyatakan tanaman jagung di AS yang ditanam pada April ini hanya sekitar 7%, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 16%.
Tingkatkan produksi dalam negeri
Untuk antisipasi, mau tak mau pemerintah harus menggenjot produksi jagung, jika harga jagung terus naik. Asal tahu saja, pemerintah mematok produksi jagung tahun ini bisa mencapai 22 juta ton.
Tapi, berdasarkan Angka Ramalan I (Aram I) BPS menyatakan produksi jagung nasional tahun ini sebesar 17,93 juta ton. Jumlah ini turun sekitar 438.960 ton atau 2,39% ketimbang produksi tahun 2010 lalu. Berdasarkan angka sementara (ASem) BPS, produksi jagung pada tahun 2010 lalu sebesar 18,36 juta ton.
Sola bilang, sebenarnya jika mengikuti pola tanam jagung, maka masa panen raya jagung di Indonesia sudah berakhir pada April ini. Tapi menurutnya masih ada peluang tanam kembali pada musim April - September yaitu di lahan sawah tadah hujan. "Peluangnya masih ada Mei nanti karena diperkirakan masih ada hujan," ungkapnya.
Hanya saja, Sola sedikit pesimistis karena saat ini kompetisi lahan antara komoditi padi dan jagung masih sangat tinggi. Sementara, pemerintah masih lebih memprioritaskan padi untuk mengejar target surplus beras 10 juta ton dalam 5 tahun ke depan. Alhasil, lahan tanam jagung akan kalah dengan padi.
Apalagi, tanaman jagung hibrida sangat tergantung pada pasokan air. Berdasarkan ramalan BMKG, musim hujan akan berlangsung sampai Mei. Jika di beberapa daerah musim hujan masih berlangsung hingga Juni atau Juli, maka disitu masih ada peluang menanam jagung hibrida.
Ia mengatakan, rata-rata tingkat produktivitas tanaman jagung hibrida nasional sekitar 4 ton per hektare. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang rata-rata produktivitas jagung lokal yang sekitar 1,5 ton - 2,5 ton per hektare. Nah, "Kalau jagung hibrida kekurangan air, maka tingkat produktivitasnya hanya akan sama dengan jagung lokal," kata Sola.
Melihat kondisi ini, Sola pesimistis target produksi jagung yang ditetapkan sekitar 22 juta ton tahun ini bisa tercapai. "Selisih antara perkiraan produksi Aram I yang sekitar 17 juta ton dengan target produksi 22 juta ton sangat besar, sehingga pesimistis bisa dicapai, apalagi kalau kita melewatkan musim hujan," katanya.
.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News