Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stok semen dalam negeri berlebih (over supply) hingga 40% dari kapasitas tersedia. Akibatnya stok semen menumpuk di gudang karena tidak seimbang dengan permintaan pasar.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) meminta pemerintah segera menyelesaikan masalah tersebut dengan menghentikan izin pembangunan pabrik semen di Indonesia serta membuka kran ekspor seluas-luasnya.
“Hal ini dalam rangka meningkatkan utilitas operasi pabrik yang normalnya beroperasi minimal 300-325 hari dalam setahun,” kata Widodo Santoso, Ketua ASI kepada Kontan.co.id, Jumat (23/3).
Menurutnya, pemerintah mesti membuka kran ekspor agar persedian semen dan permintaan pasar bisa seimbang. Jika tidak, produsen semen perlu melakukan efisiensi biaya dari segala aspek.
Salah satu strateginya adalah pabrik yang menggunakan bahan bakar dari batubara, solar dan listrik bisa beralih menggunakan tanur putar dan penggilingan bahan mentah untuk memproduksi semen clinker. Karena dengan mengoperasi dua alat tersebut bisa menghemat biaya sekitar 35%-45%.
Selain itu, biaya produksi juga bisa ditekan dengan mengoperasikan mesin dan peralatan sesuai kapasitas. Sehingga harga produksi semen bisa rendah.
Selanjutnya, produsen bisa menekan biaya distribusi yakni dengan memilih konsumen yang punya lokasi terdekat. Kemudian terakhir, perlu ada efisiensi secara ketat terutama dalam menekan anggaran capex atau belanja modal.
Hingga awal bulan Maret, stok semen dan semen clinker di pabrik dan gudang tersedia cukup besar. Persediaan semen tersebut sekitar 3,5 juta ton-4 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News